Dilansir dari BBC, Kamis (6/6/2019), dokter yang terkait dengan oposisi menyebut mayat-mayat itu merupakan bagian dari 100 orang yang diyakini tewas sejak pasukan keamanan menyerang kamp protes Senin (2/6) lalu. Pada peristiwa itu, dilaporkan kelompok paramiliter telah menyerang warga sipil.
Dewan Transisi Militer (TMC) yang berkuasa di Sudan berjanji untuk menyelidiki kejadian tersebut. Sementara, seorang pejabat dari Komite Sentral Dokter Sudan mengklaim telah menyaksikan dan memverifikasi jumlah korban tewas, yang jumlahnya kini mencapai 100 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebuah rumah sakit di Khartoum mengatakan mereka saat ini tengah berupaya untuk menangani korban yang terluka parah setelah pihak keamanan menyerbu demonstran yang selama berminggu-minggu menduduki area di luar markas tentara.
"Situasinya sangat sulit. Sebagian besar rumah sakit telah menangani lebih banyak korban daripada yang mereka mampu," kata seorang dokter yang bekerja di dua rumah sakit di kota itu kepada AFP.
"Ada yang kekurangan staf medis, kekurangan darah," kata dokter, yang meminta namanya untuk tidak disebutkan.
Sementara itu, pihak pemerintah telah membantah ada 100 orang tewas dari peristiwa tersebut. Dilansir Reuters, seorang pejabat Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa korban kekerasan di Sudan tak lebih dari 46 orang.
Sebelumnya, Militer Sudan membubarkan secara paksa massa yang telah duduk selama berminggu-minggu di depan markas militer Khartoum. Ada puluhan orang yang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat pembubaran paksa ini.
Simak Juga 'Pendemo di Sudan Dihujani Tembakan oleh Militer':
(mae/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini