Seperti dilansir Rueters pada Minggu (26/5/2019), pengumuman mundurnya O'Neill ini diumumkan melalui email. Dia menyatakan bahwa dirinya melepas jabatannya sebagai Perdana Menteri Papua Nugini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai tak memimpin lagi, O'neill akan menyerahkan estafet kepemimpinannya itu kepada Mantan Perdana Menteri Sir Julius Chan. Dia mengatakan perubahan kepemimpinan akan memungkinkan negara untuk melanjutkan agenda reformasi yang sudah dia sampaikan sebelumnya.
Diketahui, O'Neill sendiri telah menjabat sejak tahun 2011 dan sudah ada beberapa upaya untuk menjatuhkannya. Ketidakstabilan politik memang sudah mewarnai di negara Pasifik Selatan yang kaya sumber daya tetapi dilanda kemiskinan.
O'Neill juga telah menolak desakan pengunduran diri selama berminggu-minggu. Namun, lawan-lawannya mengatakan pada hari Jumat (24/5/2019) bahwa mereka telah mengumpulkan cukup dukungan di parlemen guna menggulingkan O'Neill atas sejumlah keluhan, termasuk kesepakatan gas dengan France's Total, yang dipertanyakan oleh para kritikus.
Setidaknya, akibat koalisi cacat ini, sudah ada sembilan anggota yang membelot. Lawan O'Neill perlu menggalang 62 anggota parlemen dari 111 kursi di PNG (Papua Nugini) untuk memilihnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison berterima kasih pada O'Neill pada hari Minggu (26/5/2019) atas persahabatan mereka selama ini. "Saya akan berharap dapat bekerja sama dengan perdana menteri baru PNG, dengan cara yang sama, ketika saya menikmati persahabatan dan hubungan yang begitu kuat dengan Peter O'Neill," katanya kepada wartawan di Canberra. (rdp/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini