Tangis May Saat Mundur di Bulan Mei

Round-Up

Tangis May Saat Mundur di Bulan Mei

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 25 Mei 2019 03:31 WIB
Theresa May (Foto: REUTERS/Toby Melville)
London - Theresa May tak kuasa menahan tangis saat mengumumkan mundur dari jabatannya sebagai pemimpin Partai Konservatif sekaligus Perdana Menteri (PM) Inggris. May menjadi perdana menteri wanita kedua di Inggris dan menduduki jabatan itu selama tiga tahun.

May mengumumkan pengunduran dirinya di depan kantor PM Inggris di 10 Downing Street, London, Jumat (24/5/2019). PM menyatakan akan mundur dari Partai Konservatif pada 7 Juni mendatang. Dia membuka kesempatan bagi perebutan kepemimpinan dalam beberapa ke depan.

"Saya akan mundur sebagai Ketua Partai Konservatif dan Unionist pada Jumat, 7 Juni, agar seorang pengganti bisa dipilih," ucap May dalam pernyataannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

May menyampaikan pernyataannya dengan penuh emosional. Dia mengucapkan terima kasih atas kesempatan mengabdi menjadi Perdana Menteri Inggris.

"Saya akan segera meninggalkan tugas yang telah menjadi kehormatan seumur hidup bagi saya," ujar PM May. "Perdana Menteri wanita kedua, tapi tentu bukan yang terakhir," imbuhnya.

"Saya melakukan ini tanpa ada dendam, tapi dengan rasa terima kasih yang besar dan abadi untuk mendapatkan kesempatan mengabdi bagi negara yang saya cintai," tegas PM May yang tak kuasa menahan air mata.

May Sesalkan Kegagalannya soal Brexit

Keputusan May mundur dari jabatan perdana menteri tak lepas dari kegagalannya membawa Inggris keluar secara mulus dari Uni Eropa atau Brexit. May berharap penggantinya dapat memuluskan Brexit.

"Sejak pertama kali saya menginjakkan kaki melalui pintu di belakang saya sebagai Perdana Menteri, saya berjuang keras untuk menjadikan Inggris sebagai negara yang tidak hanya berhasil bagi segelintir orang, tapi bagi semua orang," ucap May.

"Dan untuk menghormati hasil referendum EU (Uni Eropa). Tahun 2016, kita memberikan pilihan kepada rakyat Inggris. Bertentangan dengan semua prediksi, rakyat Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa," sambung dia.


Tangis May Saat Mundur di Bulan MeiFoto: REUTERS/Simon Dawson


PM May menuturkan bagaimana dirinya berupaya mengajukan proposal kesepakatan Brexit atau Rancangan Undang-undang (RUU) Brexit yang diharapkan bisa disetujui parlemen. Namun faktanya, RUU yang diajukan PM May selalu ditolak parlemen Inggris. RUU Brexit mengatur banyak hal soal hubungan masa depan Inggris dan Uni Eropa setelah 'bercerai'. RUU Brexit perlu disahkan menjadi Undang-undang (UU) agar proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa berjalan lancar.

Secara garis besar, RUU Brexit berisi kesepakatan dan instruksi dalam menjalin hubungan di masa depan dalam sektor ekonomi, keamanan dan berbagai area kepentingan lainnya antara Inggris dan negara-negara anggota Uni Eropa. Ada beberapa poin yang tidak disepakati anggota parlemen Inggris yang menolak RUU itu.

"Saya merundingkan ketentuan untuk keluarnya kita (dari Uni Eropa) dan hubungan baru dengan tetangga terdekat kita yang melindungi lapangan pekerjaan, keamanan dan persatuan kita," tutur PM May.

"Saya telah melakukan semua hal yang saya bisa untuk meyakinkan anggota parlemen untuk mendukung kesepakatan itu. Sangat disayangkan, saya belum bisa melakukannya. Saya telah mencoba tiga kali. Saya meyakini bahwa bertekun itu paling tepat, bahkan ketika peluang untuk kegagalan sangat tinggi," imbuhnya.

"Tapi sekarang menjadi jelas bagi saya bahwa menjadi kepentingan terbaik negara ini untuk memiliki seorang Perdana Menteri baru untuk memimpin upaya itu," tegas PM May dalam pernyataannya.



3 Tahun Kepemimpinan PM Inggris Theresa May

Kepemimpinan PM Theresa May berakhir dengan kegagalannya membawa Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit. May sudah berulang kali mengajukan proposal kesepakatan Brexit namun parlemen Inggris menolaknya.

Atas kegagalannya itu, May mundur dari posisi perdana menteri setelah tiga tahun menjabat. Seperti dilansir Reuters, Jumat (24/5/2019), berikut perjalanan PM May dalam memimpin Inggris:

13 Juli 2016

Dalam pidato pertamanya sebagai PM Inggris, May bersumpah untuk melawan 'ketidakadilan yang berkobar' yang menahan orang-orang. Dia menjanjikan 'sebuah negara yang berhasil bagi semua orang' tapi faktanya, dia mendapati masa jabatannya banyak dihabiskan untuk memuluskan Brexit.

18 Januari 2017

Halaman depan surat kabar Inggris, Daily Mail, menampilkan foto PM May dengan judul utama berbunyi 'Steel of the New Iron Lady'. Saat itu PM May baru saja menyampaikan pidato bernada menantang yang ditujukan untuk otoritas Uni Eropa di Brussels, Belgia.

"Tidak ada kesepakatan bagi Inggris adalah jauh lebih baik daripada kesepakatan buruk untuk Inggris," tegasnya saat itu.

8 Juni 2017

PM May mulai kehilangan dominasi dalam parlemen saat digelar pemilu dini. Meskipun berulang kali melontarkan janji bahwa pemerintahannya akan tetap 'kuat dan stabil, pemerintahan PM May tercabik.

3 Oktober 2017

Pidato besar PM May dalam konferensi Partai Konservatif diganggu oleh suara batuk, orang iseng dan huruf-huruf dari slogannya yang terpasang di panggung yang tiba-tiba terjatuh. PM may berusaha mempertegas dirinya di kalangan Partai Konservatif, namun tidak terlalu berhasil.

14 Desember 2018

PM May yang marah terlibat dalam pertikaian dengan Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, dalam sebuah pertemuan di Brussels, lokasi markas utama Uni Eropa. Pertikaian terjadi setelah Juncker terang-terangan menyebut tuntutan Inggris untuk Brexit 'samar' dan 'tidak jelas'.

Saat itu, Juncker melontarkan candaan bahwa dirinya dan PM May telah berbaikan. Namun insiden itu menunjukkan hubungan Inggris dan Uni Eropa tidak optimal.

17 Desember 2018

Dalam sebuah pertemuan Uni Eropa di Salzburg, Austria, sebuah foto menunjukkan PM May diabaikan oleh sekelompok pemimpin pria yang hadir.

19 Januari 2019

Mayoritas anggota parlemen Inggris menolak proposal kesepakatan Brexit yang diajukan PM May. Sebanyak 432 suara menolak dan hanya 202 suara yang mendukung proposal itu. Hasil voting ini tercatat sebagai kekalahan terburuk dalam sejarah modern Inggris.

Ketua Partai Buruh Inggris, Jeremy Corbyn, yang merupakan oposisi PM May, menyerukan mosi tidak percaya. Namun PM May berhasil lolos saat voting untuk mosi tidak percaya digelar parlemen.

21 Mei 2019

PM May kembali mengajukan proposal kesepakatan Brexit ke parlemen, yang menjadi upaya terakhirnya. Dia bahkan menjanjikan 'kesepakatan baru' untuk Brexit. Namun proposal ini tetap ditolak oleh mayoritas anggota parlemen dari Partai Konservatif, yang menaunginya dan Partai Buruh yang merupakan oposisi.

24 Mei 2019

PM May mengumumkan dirinya akan resmi mundur pada 7 Juni mendatang. Dia sempat tak kuasa menahan air mata saat menyampaikan pidato pengunduran dirinya. Dalam pidatonya, PM May menyampaikan penyesalan atas kegagalannya membawa Inggris keluar secara mulus dari Uni Eropa.

"Memang, dan akan selalu menjadi, penyesalan mendalam bagi saya bahwa saya tidak mampu memuluskan Brexit," ucapnya.

"Akan menjadi tugas pengganti saya untuk mencari cara ke depan yang menghormati hasil referendum. Untuk berhasil, dia harus menemukan konsensus di parlemen, yang tidak bisa saya capai. Konsensus tersebut hanya akan bisa dicapai jika semua pihak yang saling berdebat, bersedia untuk berkompromi," imbuh PM May.


Momen Emosional Pengunduran PM Inggris Theresa May:

[Gambas:Video 20detik]

Halaman 2 dari 2
(knv/idn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads