Kekerasan berawal pada Jumat (3/5), saat aksi demo warga Palestina di Gaza untuk memprotes penerapan blokade di wilayah tersebut. Seorang pria bersenjata Palestina menembak dan melukai dua tentara Israel di dekat tembok perbatasan. Israel membalasnya dengan melancarkan serangan udara yang menewaskan dua militan Hamas.
Hamas juga langsung merespon serangan Israel tersebut dengan menembakkan berbagai roket ke Israel. Ratusan roket dilaporkan telah ditembakkan ke Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan, di antara warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel pada Minggu (5/5) adalah seorang perempuan hamil dan seorang bayi berumur 4 bulan.
Setidaknya sembilan warga Palestina yang tewas telah dikonfirmasikan sebagai milisi yang terkait Hamas.
Otoritas Israel menyatakan, empat warga sipil tewas di Israel saat roket-roket dan setidaknya sebuah rudal anti-tank ditembakkan para milisi Palestina dari Jalur Gaza. Tiga dari empat korban jiwa tersebut diidentifikasi sebagai warga negara Israel, sedangkan kewarganegaraan korban tewas keempat belum diumumkan.
Kementerian Dalam Negeri Israel menyatakan bahwa target-target serangan udara Israel termasuk kantor pusat keamanan dalam negeri di Gaza. Gedung yang berada di Kota Gaza itu hancur akibat serangan Israel.
Saling serang antara Hamas dan Israel ini menjadi eskalasi paling serius sejak perang tahun 2014, walaupun gencatan senjata sempat disepakati pada bulan lalu.
Pada Senin (6/5) tentara Israel menghentikan semua operasi perlindungan keamanan yang diberlakukan di dekat wilayah Gaza selama konflik akhir pekan, setelah kelompok militan Hamas diberitakan menawarkan gencatan senjata bersyarat.
Di tengah ketegangan Hamas dengan Israel, AS mengirimkan kelompok penyerang dari armada kapal induk dan pasukan pengebom ke kawasan Timur Tengah. Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, menyebut pengerahan ini menjadi pesan yang 'jelas dan tak diragukan lagi' untuk Iran.
"Sebagai respons terhadap sejumlah indikasi dan peringatan yang mengganggu dan memicu eskalasi, Amerika Serikat mengerahkan Kelompok Serbu Kapal Induk USS Abraham Lincoln dan sebuah pasukan satuan pengebom ke wilayah Komando Sentral AS," sebut Bolton dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Senin (6/5).
Lebih lanjut, Bolton menyebut pengerahan itu ditujukan untuk rezim Iran.
"Menjadi pesan yang jelas dan tidak diragukan lagi untuk rezim Iran bahwa setiap serangan terhadap kepentingan Amerika Serikat atau terhadap sekutu-sekutu kami akan berhadapan dengan kekuatan tak henti-hentinya," sebut Bolton dalam pernyataannya pada Minggu (5/5) waktu setempat.
"Amerika Serikat tidak mencari perang dengan rezim Iran, tapi kami bersiap secara penuh untuk merespons setiap serangan, apakah melalui proxy, Korps Garda Revolusi Islam, atau pasukan regular Iran," imbuhnya.
Tidak disebutkan lebih lanjut dalam pernyataan ini soal mengapa AS baru melakukan pengerahan saat ini. Namun pernyataan Bolton ini dirilis saat konflik tengah meluas antara Hamas di Gaza dengan Israel.
Pengerahan ini juga terjadi saat ketegangan antara AS dengan Iran semakin memuncak terkait program nuklir rezim Iran. Diketahui bahwa AS menargetkan ekspor pengayaan uranium Iran dengan sanksi-sanksi ekonomi.
Tonton juga video Eskalasi Memanas! Palestina-Israel Saling Gempur:
(nvl/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini