Seperti dilansir AFP, Rabu (1/8/2018), dalam aksi protes besar-besaran di dekat Istana Kepresidenan di Manila, ribuan orang membentangkan spanduk berwarna merah dan meneriakkan slogan protes mereka.
Sebuah patung raksasa yang bertanduk dan dihiasi bendera China dan Amerika Serikat (AS) -- dua negara yang berebut pengaruh di Filipina -- dibakar oleh para demonstran dalam aksi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepolisian setempat menyebut ada sekitar 8.200 orang yang mengikuti aksi protes secara nasional. Menurut polisi, aksi tersebut berjalan 'damai dan tertib'.
Perekonomian Filipina tercatat sebagai salah satu yang terkuat di Asia, dengan angka pertumbuhan ekonomi secara konsisten ada di atas 6 persen. Namun demikian, seperempat dari total populasi 106 juta jiwa masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Para demonstran May Day di Filipina marah pada kegagalan Duterte untuk menindak tegas para pemberi kerja yang menyalahgunakan kontrak jangka pendek, meskipun dia telah berjanji akan memperketat aturan dalam kampanye tahun 2016 lalu. Para terus demonstran menagih janji Duterte ini.
"Seluruh pekerja dengan sistem kontrak seharusnya sekarang mulai diatur sesuai janji Presiden Duterte," ucap Mini Doringo (43), salah satu penyelenggara aksi protes.
Ekonomi menjadi isu yang sebelumnya berkontribusi dalam tingginya angka kepuasan untuk pemerintahan Duterte. Namun melonjaknya inflasi dan naiknya harga beras tahun lalu memicu gejolak politik sebelum akhirnya diatasi oleh langkah Bank Sentral yang menaikkan suku bunga dan turunnya harga minyak.
![]() |
Simak Juga 'May Day, Buruh di Jabar Gelar Long March ke Gedung Sate':
(nvc/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini