Kelompok monitor yang berbasis di Washington tersebut, Center for Strategic and International Studies menyatakan, citra satelit di lokasi reaktor nuklir Yongbyon pada 12 April lalu menunjukkan lima gerbong khusus berada di dekat fasilitas pengayaan uranium dan laboratorium radiokimia.
Dalam laporannya, kelompok monitor AS tersebut mengatakan bahwa gerbong-gerbong di tempat reaktor nuklir itu dapat mengindikasikan transfer bahan radioaktif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aktivitas saat ini, bersama dengan konfigurasinya, tidak mengesampingkan kemungkinan keterlibatan mereka dalam aktivitas tersebut, baik sebelum atau setelah kegiatan pemrosesan ulang," demikian disampaikan.
Laporan ini keluar setelah pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-Un berakhir mendadak tanpa menghasilkan kesepakatan apapun mengenai program nuklir Korut.
Trump dan Kim menggelar pertemuan pertama mereka di Singapura pada Juni 2018 lalu. Dalam pertemuan itu, Kim menandatangani kesepakatan mengenai "denuklirisasi di semenanjung Korea". Namun kegagalan mereka mencapai kesepakatan dalam pertemuan kedua di Hanoi telah menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan proses denuklirisasi.
Pertemuan di Hanoi gagal setelah Trump mengusulkan "kesepakatan besar" di mana sanksi terhadap Korut akan dicabut jika negeri komunis itu menyerahkan semua senjata nuklirnya ke Amerika Serikat. Trump menolak langkah denuklirisasi parsial yang ditawarkan oleh Kim Jong-un, yang termasuk tawaran untuk membongkar situs Yongbyon.
Berlokasi sekitar 100 kilometer sebelah utara Pyongyang, Yongbyon menjadi tempat bagi reaktor nuklir pertama di Korut, dan dikenal sebagai satu-satunya sumber plutonium untuk program senjata nuklir Pyongyang. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini