Peristiwa jatuhnya pesawat canggih itu terjadi pada Selasa (9/4) pukul 19.30 waktu setempat. Pilot dari pesawat yang jatuh disebut hilang.
Dilansir dari CNN dan AFP, Rabu (10/4/2019), jet bermesin tunggal milik Angkatan Udara Jepang itu sedang melakukan penerbangan latihan bersama tiga jet tempur F-35 lainnya saat dilaporkan menghilang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Pertahanan Takeshi Iwaya menyatakan puing-puing jet tempur itu ditemukan pada Rabu (10/4) pagi waktu setempat. Tim pencari yang melibatkan sejumlah pesawat dan kapal, telah menemukan beberapa puing yang diyakini berasal dari sirip ekor pesawat.
"Kami telah menemukan bagian-bagian dari ekornya," sebut Iwaya kepada wartawan. "Kami meyakini jet tempur itu jatuh," imbuhnya.
Posisi jet tempur itu dilaporkan hilang saat berada di titik berjarak 135 kilometer sebelah timur Misawa, Jepang bagian timur laut. Jet tempur itu hilang kontak sekitar 30 menit usai lepas landas dari pangkalannya di Pangkalan Udara Misawa yang ada di ujung utara Pulau Honshu.
Iwaya menyebut keberadaan maupun nasib pilot jet tempur itu tidak diketahui pasti. Militer Jepang bersama militer Amerika Serikat (AS) terus melakukan pencarian terhadap sang pilot.
Skuadron pertama jet tempur F-35 pada militer Jepang itu sendiri baru beroperasi 11 hari lalu. Setidaknya ada 13 jet tempur F-35 yang menjadi anggota Skuadron ke-302 pada Pangkalan Udara Misawa.
Jet tempur F-35 milik Jepang yang jatuh itu diketahui berusia kurang dari satu tahun. Jet tempur itu diantarkan kepada Angkatan Udara Jepang (ASDF) pada Mei 2018 oleh perusahaan dirgantara AS, Lockheed Martin.
Jet siluman itu dirakit oleh Mitsubishi Heavy Industries Ltd di sebuah pabrik di dekat Nagoya, Jepang bagian tengah. Perakitan setiap jet siluman F-35 diketahui memakan biaya hingga US$ 100 juta (Rp 1,3 triliun). Harga itu sedikit lebih mahal dibandingkan jika membeli langsung jet tempur yang telah dirakit secara penuh.
Jet siluman milik Jepang yang jatuh pada Selasa (8/4) malam waktu setempat diketahui merupakan model F-35A.
Jet tempur F-35 sendiri memiliki tiga versi. Model F-35A dirancang bagi Angkatan Udara untuk penggunaan di landasan konvensional. Model F-35B dirancang untuk lepas landas di landasan pendek dan pendaratan vertikal. Model F-35C khusus dirancang untuk Angkatan Laut, dengan penggunaan di kapal induk.
Jatuhnya jet tempur siluman F-35A milik Jepang menjadi insiden kedua yang dialami oleh jet siluman jenis F-35 sejak mengudara nyaris selama 20 tahun terakhir. Namun insiden ini menjadi insiden pertama yang dialami model F-35A.
Insiden pertama F-35 terjadi pada September 2018, saat sebuah jet tempur siluman F-35B milik Korps Marinir AS jatuh di Beaufort, South Carolina. Saat itu, pilot jet tempur tersebut berhasil melontarkan diri dengan selamat tanpa mengalami cedera. Kesalahan pada tabung bahan bakar disebut sebagai penyebabnya. Usai kecelakaan itu, seluruh F-35 milik AS dan sekutu-sekutunya di-grounded untuk diperiksa lebih lanjut.
Sama seperti tindakan AS yang meng-grounded semua pesawat F-35 miliknya pasca ada kecelakaan, Jepang juga melarang 12 jet tempur F-35 miliknya berkeliaran di langit usai jatuhnya satu pesawat pada Selasa (9/4) malam. Grounded ini akan dilakukan setidaknya hingga penyebab jatuhnya F-35A di Samudra Pasifik itu diketahui.
Dituturkan Iwaya, seperti dilansir NHK, komisi investigatif pada Kantor Staf Angkatan Udara sedang mencari tahu penyebab kecelakaan agar insiden serupa tidak terulang. Lebih lanjut, Iwaya menyatakan bahwa seluruh penerbangan Angkatan Udara Jepang (ASDF) akan ditangguhkan sepanjang hari, kecuali untuk misi tertentu seperti pengangkutan.
Halaman 2 dari 2