Seperti dilansir Reuters dan AFP, Kamis (14/3/2019), Kementerian Transportasi dan Pertanahan Jepang memerintahkan maskapai-maskapai asing untuk tidak menerbangkan pesawat Boeing 737 MAX ke bandara manapun di wilayah Jepang.
"Larangan tidak akan dicabut hingga kami bisa memastikan keamanannya," tegas seorang pejabat kementerian Jepang yang enggan disebut namanya kepada AFP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Transportasi dan Pertanahan Jepang tidak merilis instruksi apapun untuk rencana pembelian oleh maskapai ANA itu. "Pada dasarnya, setiap perusahaan swasta harus mengambil keputusan sendiri," ucapnya.
Sementara itu, Otoritas Penerbangan Rusia dalam pernyataan pada Kamis (14/3) waktu setempat menangguhkan penerbangan setiap pesawat Boeing 737 MAX di wilayah udaranya. Larangan terbang ini dilaporkan kantor berita Interfax yang mengutip Direktur Otoritas Penerbangan Rusia.
Awal pekan ini, maskapai Rusia, S7 Airlines, menangguhkan operasional penerbangan yang menggunakan pesawat Boeing 737 MAX 8. Penangguhan dilakukan hingga maskapai itu mendapat data jelas soal penyebab kecelakaan Ethiopian Airlines pada Minggu (10/3) yang menewaskan 157 orang.
Maskapai S7 Airlines menyatakan pihaknya memiliki total 96 pesawat, dengan dua di antaranya merupakan tipe Boeing 737 MAX 8. S7 Airlines menjadi satu-satunya maskapai Rusia yang memiliki pesawat tipe ini.
Pada Rabu (13/3) waktu setempat, Amerika Serikat (AS) akhirnya meng-grounded seluruh pesawat Boeing 737 MAX di wilayahnya. Keputusan ini diambil setelah Otoritas Penerbangan Federal (FAA) mendapatkan bukti baru dan data satelit yang mengindikasikan kemiripan kecelakaan Ethiopian Airlines dengan kecelakaan Lion Air JT610 di Indonesia pada Oktober 2018.
(nvc/ita)