Trump-Jong Un di Vietnam, Akankah Nuklir Korut Tenggelam?

Trump-Jong Un di Vietnam, Akankah Nuklir Korut Tenggelam?

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 27 Feb 2019 21:30 WIB
Kim Jong Un dan Donald Trump saat pertemuan pertama di Singapura (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst)
Hanoi - Dunia menanti pertemuan dua tokoh dunia, Donald Trump dan Kim Jong Un. Pertemuan bersejarah ini ditunggu-tunggu, terutama mengenai hasil apa yang akan muncul setelah pertemuan tersebut.

Pemimpin Korea Utara (Korut) itu tiba lebih dulu di Hanoi setelah menempuh perjalanan 3 hari dengan kereta api dan mobil. Menyusul kemudian Presiden Amerika Serikat (AS) itu tiba di Hanoi dengan harapan tinggi atas pertemuan itu kelak.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Trump dan Kim Jong Un pertama kali bertemu Juni lalu di Singapura dalam pertemuan puncak AS-Korut. Kala itu, Korut berjanji akan meninggalkan program senjata nuklirnya dan menuntut AS mencabut embargo ekonominya. Kim Jong Un juga meminta jaminan keamanan dan perjanjian perdamaian untuk secara resmi mengakhiri perang Korea dalam konflik tahun 1950-an yang membuat negara itu terpecah.

Diberitakan bila Trump memuji Pyongyang karena telah menghentikan uji coba rudalnya. Dia juga mengatakan akan memberi waktu kepada Korea Utara untuk perlucutan senjata nuklir dan tidak bermaksud melakukan tekanan.

Pertemuan antara Trump dengan Kim Jong Un dijadwalkan pada Rabu malam (27/2) yang dilanjutkan dengan jamuan makan malam. Trump pun sudah melontarkan pujiannya pada Kim Jong Un sebelum pertemuan.

"Vietnam berkembang pesat seperti hanya di sedikit kawasan di dunia. Korea Utara akan (mengalami yang) sama, dan akan sangat cepat, jika negara itu melakukan denuklirisasi," tulis Trump pada akun Twitter-nya.

"Potensinya luar biasa, peluang besar, seperti hampir belum pernah ada dalam sejarah, bagi teman saya Kim Jong Un...!" imbuhnya.

Di sisi lain, Kim Jong Un belum pernah berjanji akan menghapus senjata nuklirnya. Hal ini yang dinilai harus diperjelas dalam pertemuan ini nanti.




"Saya kira ini kesempatan terakhir bagi Kim Jong-un untuk menggunakan kesempatan dan secara berani memutuskan menghentikan senjata nuklir, dan bergabung dengan masyarakat internasional." kata Lee Seong-hyon, analis di Sejong Institute di ibukota Korea Selatan, Seoul.

Sejak KTT di Singapura, AS sudah menghentikan latihan militer dengan Korea Selatan (Korsel) sebagai niat baik mengingat Korsel dan Korut memang tidak akur. Namun pada kenyataannya latihan itu hanya diturunkan skalanya bukan dihentikan sama sekali. Sedangkan, Korut membongkar tempat peluncuran rudal di salah satu pusat peluncuran rudal Sohae, namun kemudian dituduh tidak melanjutkan pembongkaran tersebut.

Terlepas dari itu, Kim Jong Un disebut juga berharap bisa membahas masalah nuklir dalam pertemuan itu. Namun di sisi lain posisi Korut penuh tekanan karena China masih terus menerapkan sanksi yang diputuskan oleh PBB yang membuat perekonomian Korut yang sudah lemah semakin terpuruk. Hal ini yang membuat masyarakat internasional masih khawatir dengan pertemuan keduanya menghasilkan sesuatu yang nyata kali ini. (dhn/knv)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads