Seperti dilansir CNN, Jumat (22/2/2019), detail soal berbagai tindak penganiayaan yang dituduhkan terhadap Lee tercantum dalam dokumen dakwaan kriminal terbaru yang dirilis aparat berwenang Korea Selatan (Korsel) dan dirilis seorang anggota parlemen Korsel yang tak disebut namanya, pada bulan ini.
Mulai dari memaksa pegawainya untuk berlutut dan menganiayanya hanya karena si pegawai lupa membeli jahe. Lalu menendang dan meludahi pegawainya yang datang terlambat. Kemudian menuangkan air kepada sopirnya karena mengemudi terlalu lamban. Hingga memukul dahi pegawainya dengan pegangan alat pel untuk alasan yang tidak jelas. Itu hanya beberapa dari tuduhan penganiayaan fisik dan verbal yang diduga dilakukan Lee terhadap para pegawainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan dalam dokumen dakwaan itu bahwa tindak penganiayaan oleh Lee terjadi di kediaman keluarganya di Seoul, yang berjarak hanya beberapa kilometer dari Blue House atau Istana Kepresidenan Korsel. Di rumah itu, keluarga konglomerat pemilik Korean Air ini tinggal.
Si tukang kebun, dalam dokumen dakwaan disebut 'korban C', melaporkan tujuh dakwaan penyerangan yang dilakukan Lee dalam kurun waktu tiga tahun. Salah satu insiden terjadi saat musim dingin tahun 2013, ketika Lee disebut meludahi wajah tukang kebunnya. Pada musim semi, Lee didakwa melemparkan gunting taman ke arah si tukang kebun. Penyebabnya, si tukang kebun dinilai tidak mencabut rumput dengan benar.
Tahun 2016, si tukang kebun mengalami luka-luka di bagian lututnya setelah terjatuh dari ketinggian 3 meter, yang disebut disebabkan oleh Lee yang menendang tangga yang sedang digunakan tukang kebun itu.
Dalam insiden terpisah, pada September 2015, Lee didakwa melemparkan vas keramik sepanjang 60 cm ke arah dua pegawainya. Ketika vas itu tidak pecah, Lee disebut berkata: "B******n anak pelacur, cepat ambil (vas itu) dan bawa kepadaku." Begitu vas itu diserahkan pada Lee, dia kembali melemparkannya ke arah dua pegawainya -- memastikan vas itu benar-benar pecah.
Menurut dakwaan tersebut, kasus lainnya terjadi pada Desember 2013, saat Lee didakwa melemparkan sekumpulan kunci ke wajah salah satu pegawainya sebanyak lima kali, setelah menuding si pegawai menulis label dengan tidak rapi pada kunci-kunci itu.
Beberapa tindak penganiayaan yang dilakukan Lee terekam kamera dan telah dirilis ke publik. Dalam salah satu video rekaman terlihat momen saat Lee meneriaki sejumlah pegawainya yang berdiri di depannya dengan kepala tertunduk. Lee menarik salah satu pegawai wanita dan mendorongnya dengan kasar. Tidak berhenti di situ, Lee kemudian mengambil kumpulan dokumen yang dipegang pegawainya yang lain dan melemparkannya ke lantai hingga berserakan.
Lee sebelumnya telah menyangkal seluruh tuduhan yang dilontarkan terhadapnya. Terhadap dokumen dakwaan yang baru dirilis ini, baik Lee maupun pengacaranya belum memberikan komentar. Sedangkan induk perusahaan Korean Air, Hanjing Group, dalam tanggapannya menyatakan: "Kami mengetahui beberapa tindak penganiayaan itu faktual dan kami menyesalkannya."
Dakwaan terhadap Lee itu mengingatkan pada 'insiden kacang' yang menyeret putri sulungnya, Cho Hyun-Ah atau Heather Cho, tahun 2014. Saat itu, Cho menjadi sorotan internasional ketika marah besar karena menerima sajian kacang macademia dalam kemasan, bukan dalam mangkuk porselain saat duduk di kelas satu penerbangan ke New York, Amerika Serikat (AS).
Cho dituduh menganiaya dua awak Korean Air setelah meminta mereka berlutut dan meminta maaf kepadanya, sebelum memaksa mereka diturunkan dari pesawat. Akibat tindakannya itu, Cho diadili dan divonis satu tahun penjara setelah dinyatakan bersalah telah menghambat penerbangan udara. Namun dalam persidangan lanjutan, hukumannya diperingan menjadi hukuman percobaan 10 bulan sehingga dia bebas dari penjara.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini