Seperti dilansir Reuters, Selasa (19/2/2019), Rosenstein memang telah diperkirakan mengundurkan diri segera setelah Jaksa Agung AS yang baru, William Barr, mulai aktif menjabat. Pencalonan Barr sebagai Jaksa Agung AS telah dikonfirmasi oleh Senat, pekan lalu.
Dituturkan seorang pejabat Departemen Kehakiman AS yang enggan disebut namanya, bahwa keputusan mundur ini tidak terkait dengan tuduhan baru yang menyebut Rosenstein mempertimbangkan memakai alat perekam saat bertemu Trump dan berniat memakai Amandemen ke-25 Konstitusi AS untuk melengserkan Trump dari jabatannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rosenstein mengambil keputusan itu karena bosnya, Jaksa Agung AS saat itu, Jeff Sessions, telah mengundurkan diri. Rosenstein diketahui terdaftar sebagai pemilih Partai Republik, sedangkan Sessions mendukung Trump dalam kampanye pilpres 2016.
Pada September lalu, media terkemuka AS, New York Times (NYT), melaporkan bahwa Rosenstein pada tahun 2017 pernah menyarankan untuk merekam Trump secara diam-diam dan merekrut anggota-anggota kabinet pemerintah AS untuk melengserkan Trump.
Dalam wawancara dengan program CBS News '60 Minutes', mantan Pelaksana Tugas Direktur FBI, Andrew McCabe, mengonfirmasi laporan NYT soal Rosenstein. Dalam tanggapannya melalui juru bicara Departemen Kehakiman AS, Rosenstein menyebut laporan NYT dan keterangan McCabe 'tidak akurat dan tidak benar'.
Pada Senin (18/2) waktu setempat, Trump menuduh baik McCabe maupun Rosenstein merencanakan 'aksi sangat ilegal' yang juga disebutnya 'pengkhianatan'.
Terlepas dari tuduhan itu, Rosenstein sebenarnya sudah tidak mengawasi penyelidikan yang dilakukan Mueller sejak 7 November 2018, saat Trump menunjuk Matt Whittaker sebagai Pelaksana Tugas Jaksa Agung AS. Untuk selanjutnya, Barr sebagai Jaksa Agung AS yang baru akan mengawasi penyelidikan itu.
Sejauh ini penyelidikan yang dilakukan Mueller telah menjaring 34 individu dan tiga perusahaan yang mengaku bersalah atas berbagai dakwaan terkait dugaan intervensi Rusia dalam pilpres AS. Trump dan Rusia terus menyangkal adanya kolusi dalam pilpres 2016, meskipun temuan badan-badan intelijen AS menunjukkan sebaliknya.
(nvc/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini