Polar Vortex Pemicu Cuaca Ala Kutub di Amerika, Apa Itu?

Polar Vortex Pemicu Cuaca Ala Kutub di Amerika, Apa Itu?

Novi Christiastuti - detikNews
Kamis, 31 Jan 2019 14:38 WIB
Situasi kota Chicago di tengah suhu dingin ala kutub (Instagram @peteyp4blo/via REUTERS)
Washington DC - Para pakar meteorologi menyalahkan fenomena bernama polar vortex sebagai pemicu cuaca dingin ekstrem yang pekan ini menyelimuti wilayah tengah dan timur Amerika Serikat (AS). Apa itu polar vortex?

Suhu udara dingin membekukan menyelimuti sejumlah negara bagian AS di bagian midwest. Suhu udara terdingin ada di North Dakota yang tercatat mencapai minus 54 derajat Celsius. Suhu udara di Chicago, Illinois sempat merosot drastis ke angka minus 46 derajat Celsius pada Selasa (29/1) malam waktu setempat. Badan Cuaca Nasional AS (NWS) memprediksi timbunan salju setebal 60 cm muncul di Wisconsin.

Cuaca dingin ekstrem yang telah menewaskan 12 orang ini membuat warga AS tidak bisa beraktivitas di luar rumah. Sekolah-sekolah terpaksa diliburkan, kantor pemerintahan, perbankan juga pertokoan ditutup sementara, bahkan ribuan penerbangan dibatalkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Seperti dilansir Reuters, Kamis (31/1/2019), para pakar meteorologi menyebut fenomena polar vortex bukan hal baru. Ditegaskan para pakar bahwa polar vortex juga bukan jenis siklon musim dingin atau badai berbahaya.

"Istilah 'polar vortex' baru sering digunakan dalam beberapa tahun terakhir, tapi fenomenanya sudah ada sejak lama," sebut pakar meteorologi dari NWS, Mark Chenard, kepada Reuters.

Dijelaskan Chenard, polar vortex merujuk pada hembusan angin sangat kencang pada level atas yang biasanya hanya melakukan sirkulasi di sekitar Kutub Utara maupun Kutub Selatan, sehingga menjaga udara tertinggi tetap ada di sana.


Ketika hembusan angin kencang itu terkadang melemah atau menguat, ujar Chenard, hembusan angin itu akan mengganggu pola cuaca -- membawa udara lebih hangat ke wilayah Alaska dan mendorong angin lebih dingin ke wilayah Midwest dan Pantai Timur AS.

"Musim dingin kali ini menjadi contoh yang sedikit ekstrem dari udara dingin Arktik yang berhembus ke kita," ucap Chenard.

Chenard menambahkan, fenomena polar vortex tidak berkaitan dengan perubahan iklim. Meskipun dia tidak memungkiri bahwa fenomena polar vortex yang memicu suhu luar biasa dingin di AS akan menyentuh perdebatan politik soal pemanasan global atau global warming.


Presiden AS Donald Trump yang antipemanasan global, pada Senin (28/1) lalu, melontarkan komentar bernada menyindir soal cuaca dingin ekstrem ini. "Di Midwest yang indah, suhu udara membekukan mencapai minus 60 derajat (Fahrenheit), terdingin yang pernah tercatat. Dalam beberapa hari terakhir, diperkirakan akan lebih dingin. Orang-orang tidak bisa bertahan di luar bahkan untuk beberapa menit saja," kicau Trump via akun Twitternya.

"Apa yang terjadi dengan Global Warming? Tolong kembalilah cepat, kami membutuhkanmu," imbuhnya dengan nada sindiran.

Jennifer Francis yang merupakan ilmuwan senior dan pakar Arktik pada Woods Hole Research Center di Falmouth, Massachusetts, mencoba memberi penjelasan. Diterangkan Francis bahwa meskipun fenomena polar vortex saat ini 'mungkin memunculkan klaim bahwa pemanasan global adalah hoax', namun faktanya berat massa dari udara dingin yang menyelimuti Amerika Utara masih kalah dari sejumlah area di wilayah lain yang jauh lebih hangat dari biasanya.


Francis menyebut bahwa kajian pemodelan memberi bukti bahwa stratosfer di atas Arktik mengalami perubahan sehingga gangguan pada polar vortex mengalami peningkatan. "Kita melihatnya (polar vortex) lebih sering dan ada beberapa kajian yang menyebut mencair dan menghangatnya Arktik membuat gangguan (di stratosfer) jauh lebih mungkin terjadi dibanding sebelumnya," ucapnya.

Para ilmuwan mengatakan bahwa suhu udara lebih tinggi di Arktik memicu rendahnya level es di sana. Situasi itu, di sisi lain, juga memicu perubahan pada hembusan angin kencang, yang telah membuat polar vortex semakin menguat.

"Apa yang kita pikir sedang terjadi -- dan ini adalah topik hangat dan bukan secara ilmiah saja -- kita pikir ada satu area di mana es mencair lebih banyak dari lokasi lain yakni di Laut Barents di Rusia Barat Laut. Untuk alasan yang tak diketahui, es menghilang sangat cepat di sana," tandasnya.

(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads