Seperti dilansir AFP, Rabu (30/1/2019), kota Bangkok diselimuti kabut pekat selama beberapa pekan terakhir sehingga memaksa warga memakai masker saat keluar rumah. Di sisi lain, kabut pekat itu juga memicu kritikan luas via media sosial soal respons pemerintah yang dianggap tidak cekatan.
Sejumlah penyebab munculnya kabut pekat itu antara lain asap knalpot kendaraan, proyek konstruksi yang bebas, pembakaran jerami sisa panen, dan polusi dari pabrik-pabrik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah-langkah tersebut sejauh ini malah memicu cemoohan dari warga Bangkok, sementara stok masker di toko-toko setempat semakin menipis.
![]() |
Pada Rabu (30/1) waktu setempat, Otoritas Metropolitan Bangkok menaikkan level peringatan kesehatan. Mereka juga memerintahkan diliburkannya seluruh 437 sekolah umum di kota tersebut, mulai jam makan siang pada Rabu (30/1) ini hingga Jumat (1/2) mendatang. Tidak hanya itu, otoritas Bangkok juga menetapkan zona seluas 1.500 kilometer persegi sebagai 'area kontrol'.
"Situasi akan terus memburuk hingga 3 dan 4 Februari, jadi saya memutuskan untuk meliburkan sekolah-sekolah," ucap Gubernur Bangkok, Aswin Kwanmuang.
Ditambahkan Aswin bahwa sekitar 3-4 distrik di kota Bangkok 'dilanda kabut sangat parah'.
Sejumlah armada drone atau pesawat tanpa awak akan dikerahkan untuk menyemprotkan cairan gula guna membantu membersihkan udara dari partikel-partikel mikroskopik. Tidak diketahui secara jelas seberapa efektif penyemprotan cairan itu.
Disebutkan Aswin bahwa pihaknya mungkin akan segera merilis peringatan bagi warga untuk tidak berolahraga di taman umum.
Air Visual, yang merupakan lembaga pemantau indeks kualitas udara secara online dan independen, melaporkan bahwa kualitas udara Bangkok mencapai level 'tidak sehat' yaitu pada angka 171. Jumlah itu meningkat dari angka 156 pada pertengahan bulan ini.
(nvc/idh)