Dilansir dari AFP, Jumat (25/1/2019), unjuk rasa menuntut kebebasan, perdamaian, dan keadilan itu telah berlangsung lebih dari sebulan. Pemerintah Sudan pun dituding melakukan kekerasan hingga mengundang kecaman dari dunia internasional.
Demonstrasi yang menjamur itu dipandang sebagai ancaman terbesar bagi pemerintahan Bashir, yang menjabat sejak 1989. Para pejabat mengatakan 26 orang tewas dalam kekerasan itu, tetapi kelompok-kelompok hak asasi manusia menyebutkan ada 40 orang tewas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratusan orang pun mulai berdemonstrasi di beberapa wilayah ibu kota menuju istana, tetapi mereka dihadang oleh polisi dengan gas air mata.
"Mari kita mati seperti martir atau memperjuangkan hak-hak mereka," teriak pria dan wanita ketika mereka turun ke jalan-jalan di Distrik Burri.
Beberapa demonstrasi sebelumnya di istana presiden juga telah dibubarkan oleh polisi yang menembakkan gas air mata. (haf/haf)