Dituturkan sejumlah sumber kepada Reuters, seperti dilansir pada Rabu (23/1/2019), para anggota serikat pekerja, aktivis dan mahasiswa di berbagai wilayah China terus berhadapan dengan polisi sejak Juli 2018. Tidak sedikit dari mereka yang ditahan karena mendukung para buruh yang berunjuk rasa.
Operasi otoritas China itu meluas hingga ke berbagai universitas ternama, dengan beberapa mahasiswa ditahan dengan tuduhan mengancam polisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak Universitas Peking enggan mengomentari laporan itu.
Di wilayah Guangdong, menurut China Labour Bulletin, dua aktivis buruh dilaporkan menghilang dan tiga aktivis buruh lainnya ditahan atas tuduhan 'mengganggu ketertiban publik' atau 'memicu keributan'.
Tidak diketahui pasti apakah dua kasus tersebut di atas saling berkaitan. Kementerian Keamanan Publik China belum menanggapi laporan ini.
Sementara itu, sejumlah mahasiswa yang menyerukan pembebasan para aktivis yang ditahan, tengah bersembunyi setelah merilis pernyataan pada Senin (21/1) waktu setempat, yang isinya mengutuk polisi yang memanfaatkan video-video 'pengakuan' dari aktivis-aktivis yang ditahan.
Menurut teman-teman dari para aktivis yang muncul dalam video itu, versi kronologi kejadian yang disampaikan sangat berbeda dengan yang sebenarnya terjadi. Hal ini disebut sebagai upaya otoritas China untuk memutarbalikkan fakta.
Seorang sumber lainnya menyebut polisi setempat menahan sejumlah mahasiswa selama beberapa jam sebelum melepaskan mereka. Namun beberapa mahasiswa lain yang 'dijemput' belum dibebaskan hingga saat ini.
Ditambahkan sumber tersebut, satu mahasiswa Universitas Peking yang bernama Zhan Zhenzhen dilaporkan hilang sejak awal Januari. Pihak kampus menyebut Zhan telah dikeluarkan karena ikut serta dalam acara-acara yang 'tak berizin'.
(nvc/ita)