Pemerintah India telah menuai kritikan tajam karena memulangkan warga minoritas muslim Rohingya ke Myanmar dalam beberapa pekan ini. Deportasi dilakukan meski militer di Myanmar dituduh melakukan kekejaman terhadap warga Rohingya.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok-kelompok HAM menuding India mengabaikan hukum internasional dengan memulangkan Rohingya ke Myanmar di tengah ancaman bahaya yang menghadang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nayana Bose, juru bicara Inter Sector Coordination Group (ISCG), yang mencakup badan-badan PBB dan organisasi kemanusiaan asing lainnya, kedatangan warga Rohingya di Bangladesh telah meningkat sejak 3 Januari lalu.
"Sekitar 1.300 orang dari 300 keluarga telah tiba dari India ke Bangladesh hingga hari ini," ujarnya kepada AFP.
Dikatakan Bose, mereka ditampung di sebuah pusat transit PBB.
Sekitar 40 ribu orang Rohingya tinggal di India. Polisi menyatakan bahwa mereka yang pergi ke Bangladesh tahun ini telah tinggal di India selama bertahun-tahun.
Selama puluhan tahun warga Rohingya telah mengalami persekusi dan pembantaian di Myanmar. Pemerintah negara tersebut menolak mengakui Rohingya sebagai warga negara dan menyebut mereka sebagai imigran ilegal "Bengali". Warga Rohingya terkonsentrasi di negara bagian Rakhine, yang menjadi pusat operasi militer brutal Myanmar pada Agustus 2017 silam.
Para penyelidik PBB menggambarkan operasi tersebut genosida. Akibat operasi militer tersebut, setidaknya 720 ribu orang Rohingya telah melarikan diri dari Rakhine dan mengungsi ke Bangladesh untuk bergabung dengan sekitar 300 ribu pengungsi Rohingya yang telah lebih dulu bermukim di kamp-kamp kumuh.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini