Hal ini dilakukan secara bersama-sama dengan Rektor Universitas Ilmu-Ilmu Sosial dan Kemanusiaan Saint Petersburg, Prof Dr Alexander S Zapesotsky, para guru besar dan tamu undangan dari kalangan diplomat, pejabat pemerintah, seniman dan tokoh masyarakat setempat.
Sekitar 900 mahasiswa yang hadir dan pihak keluarga serta tamu undangan lainnya juga turut membunyikan lonceng mini yang dipegang masing-masing secara serentak. Demikian seperti disampaikan dalam rilis KBRI Moskow yang diterima detikcom, Senin (3/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dubes Wahid juga berkesempatan memberikan kuliah umum di depan sekitar 300 mahasiswa, bertajuk 'Indonesia-Russia: From Soekarno-Khrushchev to Current Challenges'. Dubes Wahid membahas soal hubungan bilateral kedua negara ditinjau dari sejarah pra-kemerdekaan sampai kondisi dunia saat ini, juga tantangan yang dihadapi kedua negara.
Dalam kuliah umum tersebut, Dubes Wahid menyebut bahwa setelah masa keemasan pertama pada era pemerintahan Soekarno di Indonesia dan Nikita Khrushchev di Uni Soviet, saat ini kedua negara memasuki masa keemasan kedua di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Presiden Vladimir Putin.
Disebutkan Dubes Wahid bahwa kedua negara mengalami masa stagnansi di masa Pemerintahan Orde Baru yang antikomunis, namun perlahan hubungan semakin membaik, terutama Uni Soviet bubar. Kini, kedua negara memiliki kesamaan aspek sebagai bangsa yang multi-etnis dan multi-agama, dengan luas wilayah sangat besar. Namun kedua negara dinilai kurang melakukan PR (Public Relations), sehingga kurang dikenal secara luas.
"Banyak yang menganggap Rusia saat ini kelanjutan dari Uni Soviet dan orang Rusia lebih mengenal Bali daripada Indonesia," sebut Dubes Wahid.
Untuk itu, Dubes Wahid mengajak kedua negara untuk lebih mempererat hubungan, bukan saja di tingkat pemerintah, tetapi juga di tingkat bisnis dan masyarakat atau P to P (People-to-People).
"Festival Indonesia yang telah diselenggarakan 3 kali oleh KBRI Moskow didesain untuk itu dan hasilnya pun cukup nyata. Perdagangan kedua negara naik 25% menjadi US$ 3,27 miliar dan turis Rusia meningkat 37% menjadi lebih dari 110 ribu orang tahun lalu. Sebaliknya, lebih dari 20 ribu turis asal Indonesia telah berkunjung ke Rusia tahun yang sama atau meningkat lebih dari 300%," imbuh Dubes Wahid.
Diingatkan juga oleh Dubes Wahid bahwa tantangan saat ini tidaklah ringan, dengan munculnya tren baru de-globalisasi dan ancaman terorisme juga radikalisme.
Universitas Ilmu-Ilmu Sosial dan Kemanusiaan Saint Petersburg berdiri sejak 1926 dan saat ini menjadi salah satu universitas swasta terkemuka di Rusia. Universitas ini memiliki lima fakultas, yaitu Budaya, Seni, Ekonomi, Hukum dan Studi Konflik. Jumlah mahasiswa saat ini sekitar 12.000 orang. Universitas ini memiliki tujuh kampus yang berada di berbagai kota di Rusia dan satu kampus berada di luar Rusia, yaitu di Kazakhstan.
![]() |
Sementara itu, dalam kesempatan terpisah di hari yang sama, Dubes RI yang didampingi oleh Konsul Kehormatan RI di Saint Petersburg, Valery Radchenko, mengadakan pertemuan dengan Wakil Ketua Komite Hubungan Eksternal Pemerintah Saint Petersburg, Viacheslav Kalganov.
Pertemuan membahas mengenai rencana tindak lanjut hubungan antar provinsi (sister province) antara Saint Petersburg dengan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur. Dalam waktu dekat, pemerintah Kota Federal Saint Petersburg akan mengirim pejabat dan kalangan bisnisnya untuk berkunjung ke Yogyakarta dan Surabaya, guna merealisasikan kerja sama tersebut.
(nvc/bag)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini