Mata uang Turki, Lira, kehilangan nilainya sejak AS menetapkan tarif hingga dua kali lipat terhadap Turki sebagai balasan atas penahanan pendeta Brunson. Brunson ditangkap di Turki pada Oktober 2016 karena dituding membantu organisasi pimpinan ulama Fethullah Gulen, yang bermukim di AS dan dituding mendalangi upaya kudeta terhadap Erdogan tahun 2016 lalu.
Dia juga didakwa mendukung kelompok Kurdi terlarang, Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Turki dan AS. Brunson telah membantah tuduhan-tuduhan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari-hari berlalu dengan kesalahan itu terus berlanjut, krisis ini bisa selesai dengan segera jika mereka (Turki-red) melakukan hal yang benar sebagai sekutu NATO, bagian dari Barat, dan membebaskan pendeta Brunson tanpa syarat," imbuh Bolton.
Saat ditanya apakah AS mempertanyakan keanggotaan Turki di NATO, Bolton menjawab: "Itu bukan yang menjadi masalah saat ini. Kita fokus pada pendeta Brunson dan warga-warga Amerika lainnya yang ditahan pemerintah Turki secara tidak sah dan kami harap itu bisa diselesaikan."
Ditambahkan Bolton bahwa suntikan dana dari Qatar tidak akan membantu perekonomian Turki. Diketahui bahwa bulan ini Emir Qatar menyetujui paket proyek ekonomi, termasuk dukungan US$ 15 miliar (Rp 216,3 triliun), untuk Turki guna mendorong penguatan Lira yang kehilangan nilainya 37 persen.
"Ya, saya pikir apa yang mereka janjikan sungguh tidak cukup untuk memberikan dampak pada perekonomian Turki. Itu tentu tidak akan banyak membantu tapi kita akan melihat perkembangan dari janji mereka," ucapnya.
Menanggapi pernyataan Bolton, juru bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Ibrahim Kalin, menyebut hal itu menjadi bukti bahwa AS menargetkan sekutu NATO-nya dalam perang ekonomi. Kalin juga menyebut kebijakan-kebijakan terbaru AS bertentangan dengan prinsip-prinsip dan nilai dasar aliansi NATO.
"Pemerintahan Trump menunjukkan bahwa mereka berniat memanfaatkan perdagangan, tarif dan sanksi untuk memulai perang dagang global," cetus Kalin merujuk ke perang dagang AS dengan Meksiko, Kanada, Eropa dan China. "Turki tidak berniat memulai perang ekonomi dengan pihak manapun. Tapi bagaimanapun juga, Turki tidak bisa diminta tetap bungkam dalam menghadapi serangan terhadap perekonomian dan kehakimannya," imbuhnya.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini