Kepolisian mengatakan bahwa sang dokter yang melakukan operasi di apartemennya sendiri, ditangkap di Rio de Janeiro pada Kamis (19/7) waktu setempat.
Kepolisian mengatakan seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (20/7/2018), pria bernama asli Denis Furtado tersebut ditangkap di sebuah gedung perkantoran berkat informasi dari seorang penelepon tak dikenal. Ibunya yang dituduh sebagai komplotan Furtado, juga ditangkap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr. Bumbum dianggap mampu memperindah bentuk tubuh perempuan, khususnya di bagian bokong. Pria itu dikenal di seluruh Brasil atas kemampuannya tersebut. Akun Instagram pria berumur 45 tahun tersebut bahkan memiliki 650 ribu pengikut.
Furtado mulai diburu kepolisian Brasil setelah kematian seorang pasiennya yang bernama Lilian Quezia Calixto pada Minggu (15/7) lalu. Wanita itu meninggal beberapa jam setelah menjalani prosedur pembesaran bokong di rumah pria itu yang berada di kawasan Barra de Tijuca. Calixto rela menempuh perjalanan sejauh 2 ribu kilometer dari rumahnya di Cuiaba untuk menemui ahli bedah plastik terkenal itu.
Furtado menggunakan teknik kontroversial dalam operasi bokong tersebut, yakni dengan menyuntikkan acrylic glass filler. Usai menerima suntikan tersebut, Calixto mulai merasa sakit. Saat dibawa ke rumah sakit pada Minggu (15/7) waktu setempat, perempuan itu mengalami detak jantung cepat dan hipertensi, dan setelah mengalami empat kali serangan jantung, dia meninggal.
Tonton juga 'Mengunjungi Klinik Bedah Plastik di Korea':
Berita ini menggemparkan industri bedah plastik di negeri itu -- Brasil berada di tempat kedua setelah Amerika Serikat sebagai negara yang paling banyak melakukan operasi plastik.
Organisasi Masyarakat Bedah Plastik Brasil (SBPC) langsung mengecam Furtado atas insiden tersebut. "Anda tak bisa melakukan bedah plastik di dalam sebuah apartemen. Banyak orang menjual mimpi, fantasi untuk para pasien dengan cara yang tidak etis dan orang-orang, sering tertarik pada harga rendah, tanpa mempertimbangkan apakah kondisi tersebut memadai atau tidak," cetus ketua SBPC Niveo Steffen kepada AFP.
Steffen mengatakan, injeksi biopolimer atau polimer sintetis, seperti acrylic glass adalah sangat berbahaya dan telah menyebabkan kematian puluhan wanita di Amerika Latin, khususnya di Venezuela.