Seperti dilansir AFP, Selasa (17/7/2018), penahanan wanita itu diungkapkan oleh jaringan aktivis Pembela HAM China (CHRD) yang berbasis di Inggris. Wanita yang ditahan itu diidentifikasi oleh CHRD sebagai Dong Yaoqiong (28).
CHRD menyebut bahwa otoritas China juga menahan ayah Dong dan seorang seniman China yang ikut menyebarkan aksinya via media sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak pernyataan itu beredar di media sosial Twitter, sang ayah menghilang. Seniman setempat bernama Hua Yong yang sempat menyerukan pembebasan Dong via media sosial, juga dilaporkan ikut menghilang. Tahun 2017, Hua Yong sempat ditahan karena mendokumentasikan penggusuran imigran di Beijing.
Penahanan terhadap Dong terjadi setelah dia menayangkan aksinya via live-streaming Twitter pada 4 Juli lalu. Saat itu, Dong melemparkan tinta ke arah poster Presiden Xi di sebuah lokasi di distrik finansial Shanghai.
"Xi Jinping, saya ada di sini menunggu Anda menangkap saya," teriak Dong dalam aksinya.
Dalam aksinya, Dong juga melontarkan tudingan bahwa Partai Komunis yang berkuasa di China mendalangi 'pengendalian otak opresif'. Video aksi Dong itu di-retweet puluhan ribuan kali oleh pengguna Twitter lainnya.
CHRD menyatakan, Dong diyakini ditangkap pada hari yang sama usai melakukan aksinya. Akun Twitter milik Dong diketahui telah dihapus sekitar beberapa jam usai aksi itu. Kicauan terakhir Dong menyertakan foto sejumlah pria berseragam yang berdiri di luar apartemennya.
"(Otoritas China) Menekan kebebasan berbicara demi melindungi persona kultus Xi Jingping," sebut CHRD.
Layanan Twitter secara resmi diblokir di China, namun masih bisa diakses dengan software khusus untuk menghindari sensor. Otoritas China sendiri kerap menghukum orang-orang yang dianggap menodai foto pemimpin mereka dan simbol-simbol Partai Komunis.
(nvc/ita)











































