Seperti dilansir kantor berita Korsel, Yonhap, Selasa (12/6/2018), Moon dan anggota kabinet pemerintahannya menunda rapat kabinet selama lebih dari 10 menit untuk menyaksikan momen bersejarah antara Trump dan Kim Jong-Un yang berlangsung di Singapura via layar televisi.
Dalam momen itu, Moon mengungkapkan harapannya agar pertemuan ini sukses sehingga bisa membuka era baru bagi Semenanjung Korea yang bebas nuklir dan penuh perdamaian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Moon selama ini dipandang banyak pihak sebagai 'arsitek' dalam terobosan diplomasi dengan Korut. Sebelum terpilih menjadi Presiden Korsel tahun 2016, Moon telah sejak lama memperjuangkan hubungan damai dengan Korut.
Kepada jajaran kabinetnya, Moon mengatakan bahwa dirinya tak bisa tidur pada malam hari sebelum pertemuan bersejarah Trump dan Kim Jong-Un digelar.
"Saya juga menghabiskan malam kurang tidur. Saya, bersama seluruh rakyat, dengan tulus mengharapkan itu akan menjadi pertemuan puncak yang sukses yang akan membuka era baru dari denuklirisasi sepenuhnya, perdamaian dan hubungan baru antara Korea Selatan, Korea Utara dan Amerika Serikat," ucap Moon seperti dikutip laporan pool Cheong Wa Dae.
Tonton juga 'Tak Bisa Tidur, Presiden Korsel Nantikan Pertemuan Trump dan Kim':
Pertemuan Trump dan Kim Jong-Un masih berlangsung hingga kini. Pada awal pertemuan bersejarah ini, Trump menyebut semuanya akan menjadi 'sukses besar'. Moon sendiri menyebut kesuksesan pertemuan Trump dan Kim Jong-Un hanya akan menjadi awal dari 'proses panjang' untuk mewujudkan denuklirisasi sepenuhnya bagi Korut dan membangun perdamaian abadi di Semenanjung Korea.
"Hubungan permusuhan yang sangat mengakar dan isu nuklir Korea Utara tidak akan bisa diselesaikan dalam satu aksi tunggal dalam pertemuan antara pemimpin. Bahkan setelah kedua pemimpin berdialog, kita butuh proses panjang yang mungkin akan berlangsung setahun, dua tahun atau bahkan lebih lama untuk sepenuhnya menyelesaikan isu-isu," tegasnya.
Tonton juga harapan warga Korea Selatan di pertemuan Trump-Kim:
(nvc/ita)