Perang itu terjadi di Twitter alias Twitwar. Pemicu perseteruan bermula dari pernyataan Erdogan yang menuding Israel sebgai 'negara teror' dan 'genosida' usai tentaranya membunuh puluhan warga Palestina di perbatasan Gaza.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merespons pernyataan Erdogan, Netanyahu lewat akunnya @netanyahu, menyebut Erdogan adalah salah satu pendukung Hamas. Bahkan Netanyahu dengan keras mengatakan kalau Erdogan tidak mengerti arti dari terorisme.
"Erdogan adalah pendukung Hamas terbesar dan tidak ada keraguan kalau dia tidak mengerti soal terorisme dan pembantaian. Saya menyarankan agar dia tidak mengajarkan moralitas kepada kami," cuit Netanyahu, dilihat detikcom pada Kamis (17/5/2018).
Tak berapa lama kemudian, Erdogan membalas cuitan Netanyahu dengan panas. Dia menuding Netanyahu sebagai PM dari sebuah negara Apartheid, sebuah sistem yang memisahkan ras dan agama.
"Netanyahu adalah perdana menteri dari negara Apartheid yang telah menduduki lahan penduduk yang tidak berdaya selama lebih dari 60 tahun dan melanggar resolusi PBB. Dia berlumuran darah orang Palestina di tangannya dan tidak bisa menutupi kejahatan dengan menyerang Turki," cuit Erdogan di akunnya @RT_Erdogan.
"Pengingat untuk Netanyahu. Hamas bukanlah organisasi teroris dan Palestina bukan teroris. Ini adalah gerakan perlawanan yang membela tanah air Palestina melawan kekuatan pendudukan. Dunia bersama dalam solidaritas dengan rakyat Palestina," lanjut tweet Erdogan.
Sebelumnya, Erdogan dan pejabat Turki lainnya telah memperingatkan pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem akan meningkatkan ketegangan dengan Palestina. Akibat kerusuhan tersebut 52 warga Palestina tewas dan 2.400 lainnya terluka.
"AS salahkan Hamas di balik tewasnya 58 warga Palestina"? Saksikan berita selengkapnya di 20Detik:
(nkn/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini