Putin dan Erdogan Resmikan Proyek Pembangkit Nuklir Pertama Turki

Putin dan Erdogan Resmikan Proyek Pembangkit Nuklir Pertama Turki

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 04 Apr 2018 15:41 WIB
Putin dan Erdogan Resmikan Proyek Pembangkit Nuklir Pertama Turki
Recep Tayyip Erdogan dan Vladimir Putin di Ankara (Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin via REUTERS)
Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin meresmikan dimulainya pembangunan pusat pembangkit listrik tenaga nuklir pertama milik Turki. Pembangkit Akkuyu senilai US$ 20 miliar ini akan dibangun dengan bantuan otoritas Rusia.

Seperti dilansir Reuters, Rabu (4/4/2018), pembangkit listrik tenaga nuklir Akkuyu ini akan dibangun di Provinsi Mersin, Turki bagian selatan, dekat Pantai Mediterania. Badan energi nuklir nasional Rusia, Rosatom, yang akan membangunnya.

Akan ada empat unit pembangkit listrik tenaga nuklir yang dibangun, dengan kapasitas masing-masing mencapai 1.200 megawatt. Pembangkit itu diperkirakan akan mulai beroperasi tahun 2023, atau sekitar lima tahun ke depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Putin yang sedang berkunjung ke Turki, bersama Erdogan memantau peluncuran dimulainya pembangunan pembangkit listrik itu via videoconference dari Ankara. "Ketika empat unit seluruhnya mulai online, pembangkit ini akan memenuhi 10 persen kebutuhan energi Turki," sebut Erdogan.

Saat berbicara bersama Putin dalam konferensi pers, Erdogan menyatakan biaya proyek ini diperkirakan akan melebihi anggaran US$ 20 miliar yang ditetapkan untuk total 4.800 megawatt. Proyek ini menjadi bagian dari 'visi 2030' yang menandai nyaris 100 tahun berdirinya Turki era modern. Proyek ini juga bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Turki pada impor energi.

Sementara itu diketahui bahwa sejak Rusia mendapatkan kontrak di Turki ini tahun 2010 lalu, proyek ini diwarnai rentetan penundaan. Bulan lalu, sejumlah sumber yang memahami proyek ini menuturkan, jangka waktu pembangunan pembangkit Akkuyu kemungkinan besar akan melewati target tahun 2023. Namun Rosatom dikabarkan tengah mencari mitra lokal yang bersedia mengambil 49 persen bagian proyek ini.


Rosatom menegaskan pihaknya berkomitmen pada kerangka waktu yang telah ditetapkan otoritas Turki.

Secara terpisah, kantor berita Interfax yang mengutip keterangan Direktur Rosatom menyebut penjualan 49 persen bagian proyek kemungkinan akan tertunda hingga tahun 2019 mendatang. Dua sumber industri Turki menyebut perusahaan-perusahaan Turki merasa segan dengan besarnya pendanaan yang dibutuhkan dan khawatir tidak akan menerima bagian yang cukup dari proyek di luar kesepakatan.

Dituturkan Erdogan dalam konferensi pers, Turki mungkin akan bekerja sama dengan Rusia dalam sejumlah proyek pertahanan, selain pembelian sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia. Kesepakatan itu telah ditandatangani pada Desember 2017 lalu.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads