Pekan ini, untuk pertama kali dalam 6 tahun atau sejak dia ditembak Taliban di kepala, Malala kembali ke Pakistan, negara asalnya. Kedatangan Malala menjadi pemberitaan besar di media-media Pakistan juga di media sosial. Namun agenda kunjungannya dirahasiakan dari publik.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (31/3/2018), Malala (20) mengungkapkan niatnya untuk menetap di Pakistan ini dalam wawancara dengan televisi swasta terbesar Pakistan, Geo TV, pada Jumat (30/3) waktu setempat. Dalam wawancara itu, dia menyebut situasi di Pakistan 'semakin baik'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, Malala yang baru pulang sekolah tiba-tiba ditembak Taliban di kepala. Taliban menargetkan Malala karena posisinya yang terus menyerukan pendidikan lebih baik untuk anak-anak perempuan di Pakistan. Malala diterbangkan ke rumah sakit Inggris untuk mendapat perawatan medis. Sejak saat itu, Malala dan keluarganya tinggal di Inggris.
"Hal-hal semakin membaik, orang-orang bersatu dan kampanye untuk Pakistan yang lebih baik masih berlanjut, orang-orang ikut aktif yang tentu sangat bagus," imbuh Malala.
Malala yang sebelumnya pernah menyatakan ingin mencalonkan diri menjadi Perdana Menteri Pakistan, menyatakan niatnya untuk menetap di Pakistan. "Telah menjadi rencana saya untuk kembali ke Pakistan setelah menyelesaikan pendidikan saya, karena ini negara saya dan saya memiliki hak-hak yang sama seperti warga Pakistan lainnya," ujarnya.
Wawancara dengan Geo TV ini dilakukan setelah Malala menangis saat menyampaikan pidato emosional di Pakistan pada Kamis (29/3) sesaat usai menginjakkan kaki kembali di Pakistan. Dia menyebut rasanya seperti 'mimpi' untuk bisa kembali ke Pakistan usai bertahun-tahun.
"Selama lima tahun terakhir saya telah mengimpikan bahwa saya dapat menginjakkan kaki di negara saya," ujarnya sembari menyeka air mata. "Ini hari paling membahagiakan dalam hidup saya. Saya masih tak percaya ini terjadi," imbuh Malala.
"Saya tak biasanya menangis... saya baru 20 tahun tapi saya telah melihat begitu banyak hal dalam hidup," ucapnya lagi.
Malala menjadi sosok yang dihormati secara internasional, khususnya sebagai ikon global untuk pendidikan perempuan. Tahun 2014, Malala yang baru berusia 17 tahun menjadi penerima Nobel Perdamaian yang termuda atas kampanye pendidikan bagi anak-anak perempuan yang dilakukannya.
(nvc/rna)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini