Seperti dilansir Reuters, Senin (19/3/2018), hal ini diungkapkan oleh Wakil Direktur badan intelijen asing Jerman, BND, Ole Diehl, kepada sejumlah anggota parlemen Jerman dalam rapat tertutup pekan ini.
Surat kabar Jerman, Bild am Sonntag, dalam laporan terbaru menyebut informasi yang diungkapkan Diehl itu sudah 'pasti'. Bild am Sonttag mengutip keterangan sejumlah partisipan dalam rapat tertutup itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam rapat yang sama, Diehl menyebut BND memandang terjalinnya kembali dialog antara Korut dengan Korea Selatan (Korsel) sebagai pertanda positif. Belum ada komentar resmi dari BND terkait laporan Bild am Sonntag ini.
Korut terus mengembangkan program rudal dan nuklirnya, dengan mengabaikan sanksi-sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Secara terang-terangan, Korut mengungkapkan rencananya mengembangkan rudal yang mampu menjangkau wilayah utama AS.
Otoritas Korut menegaskan program rudal dan nuklir diperlukan sebagai pertahanan diri dalam menghadapi rencana invasi AS, yang menempatkan 28.500 tentara di Korsel. AS telah membantah pihaknya melakukan rencana invasi semacam itu.
Sementara itu, dilaporkan kantor berita Korsel Yonhap, seorang diplomat senior Korut terbang ke Finlandia pada Minggu (18/3) waktu setempat untuk berunding dengan mantan pejabat Korsel dan Amerika Serikat (AS).
Momen ini terjadi saat AS dan Korut sedang merencanakan pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-Un. Rencana pertemuan itu diumumkan setelah utusan khusus Korsel berhasil menemui Kim Jong-Un di Pyongyang, awal bulan ini.
(nvc/ita)