Yun yang kelahiran Korea Selatan (Korsel), merupakan pendukung kuat interaksi dengan Pyongyang. Dia telah memimpin kontak AS dengan Korut, yang diam-diam mengupayakan diplomasi rahasia sejak menempati posisinya semasa pemerintahan Presiden Barack Obama pada tahun 2016.
Kini dengan pensiunnya Yun, Departemen Luar Negeri (Deplu) AS tak punya utusan untuk kebijakan Korut di saat Pyongyang telah mengisyaratkan kemungkinan untuk berdialog dengan AS, menyusul kontak diplomatik dengan Korsel selama Olimpiade Musim Dingin 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia skeptis dan khawatir akan pendekatan garis keras Gedung Putih terhadap Korut sejak awal," ujar seorang pejabat senior Korsel kepada Reuters.
Pejabat senior Korsel lainnya mengatakan, Yun "kehabisan energi" dikarenakan ketegangan antara Gedung Putih yang telah melakukan "kampanye tekanan maksimum" terhadap Korut, dan Deplu AS yang mendukung upaya-upaya Korsel untuk kembali menjalin hubungan dengan Pyongyang.
Yun mengatakan, pensiunnya merupakan keputusan pribadi dan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson telah membujuknya untuk terus menjabat.
"Ini benar-benar keputusan saya. Waktunya, saya pikir tepat," ujarnya kepada CBS News. "Ada sedikit ketenangan dalam aktivitas dan saya pikir akan bagus untuk keluar," imbuhnya.
Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan pensiunnya Yun tak akan dipusingkan karena dia bertentangan dengan kebijakan-kebijakan Trump.
Namun sejumlah pakar menyebut pensiunnya Yun sebagai pukulan besar bagi upaya-upaya menggunakan diplomasi untuk menyelesaikan krisis nuklir Korut.
"Ini berita yang sangat buruk," cetus Frank Jannuzi, pakar Asia Timur yang mengepalai Mansfield Foundation. "Joe Yun adalah satu-satunya pejabat senior yang ada di Deplu, yang punya pengalaman berurusan dengan kompleksnya kebijakan Korut," imbuhnya.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini