Eskalasi ini terjadi seiring pasukan pro-pemerintah Suriah diperkirakan akan segera memasuki wilayah Afrin yang dikuasai Kurdi, untuk memerangi pasukan Turki yang tengah melancarkan operasi militer di sana.
Dikuasai oleh pemberontak sejak tahun 2012, Ghouta Timur merupakan kantong terakhir yang dikuasai oposisi di sekitar Damaskus. Presiden Bashar al-Assad telah mengerahkan pasukan tambahan sebagai upaya untuk merebut kembali wilayah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rezim membombardir Ghouta Timur untuk membuka jalan bagi serangan darat," ujar kepala Observatory, Rami Abdel Rahman seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (20/2/2018).
Awal bulan ini, pasukan pemerintah Suriah melancarkan serangan-serangan udara selama lima hari di Ghouta Timur, yang dilaporkan menewaskan sekitar 250 warga sipil dan melukai ratusan orang lainnya. Kemudian setelah berhari-hari tenang, pemerintah kembali menembakkan roket-roket ke Ghouta Timur pada Minggu (18/2) waktu setempat.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (19/2) menyatakan, serangan-serangan yang menargetkan warga sipil di Ghouta Timur "harus dihentikan sekarang".
"Ini penting untuk mengakhiri penderitaan manusia yang tidak masuk akal ini," demikian disampaikan Panos Moumtzis, Koordinator Kemanusiaan Regional PBB untuk Krisis Suriah dalam sebuah statemen.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini