Trump Pernah Perintahkan Pemecatan Ketua Penyelidikan Intervensi Rusia

Trump Pernah Perintahkan Pemecatan Ketua Penyelidikan Intervensi Rusia

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 26 Jan 2018 12:14 WIB
Donald Trump (REUTERS/Yuri Gripas)
Washington DC - Terungkap bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pernah memerintahkan pemecatan Robert Mueller, yang kini memimpin penyelidikan dugaan kolusi dan intervensi Rusia dalam pilpres AS. Perintah itu akhirnya dicabut Trump setelah salah satu penasihatnya menentang.

Mueller, yang mantan Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) ini, pada Mei 2017 ditunjuk menjadi Penasihat Khusus FBI yang bertugas memimpin penyelidikan dugaan kolusi antara tim kampanye Trump dengan Rusia dalam pilpres 2016. Mueller juga menyelidiki dugaan Trump mencoba menghalang-halangi penyelidikan FBI. Trump sebelumnya mengecam penyelidikan itu sebagai serangan terhadap legitimasinya sebagai Presiden AS.

Seperti dilansir AFP, Jumat (26/1/2018), terungkapnya perintah pemecatan Mueller oleh Trump ini pertama disampaikan media ternama AS, The New York Times (NYT) pada Kamis (25/1) waktu setempat. Disebutkan NYT bahwa perintah pemecatan itu dikeluarkan oleh Trump pada Juni 2017 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, sebut NYT, salah satu penasihat Gedung Putih yang bernama Don McGahn menolak perintah itu. McGahn berargumen bahwa perintah pemecatan semacam itu akan memberikan 'dampak bencana besar' terhadap kepresidenan Trump.


Menurut NYT, usai McGahn mengancam akan mengundurkan diri daripada mematuhi perintahnya, Trump mencabut perintah pemecatan Mueller itu. Informasi ini diungkapkan NYT dengan mengutip empat sumber yang memahami situasi saat itu.

Disebutkan juga oleh NYT bahwa saat memberikan perintah pemecatan itu, Trump berargumen Mueller memiliki tiga konflik kepentingan untuk menyelidiki dugaan kolusi tim kampanye Trump dan Rusia itu. Tiga konflik kepentingan yang dimaksud adalah Mueller telah keluar dari keanggotaan klub golf Trump karena pertikaian soal biaya, kemudian Mueller juga pernah bekerja sebagai pengacara di firma hukum yang mewakili Jared Kushner - menantu Trump, dan terakhir, Mueller disebut pernah diwawancara untuk kembali menjabat Direktur FBI sebelum ditunjuk menjadi Penasihat Khusus FBI oleh Departemen Kehakiman AS.

Penasihat Gedung Putih lainnya, Ty Cobb, menolak berkomentar. Pengacara dan pejabat media Gedung Putih juga enggan mengomentari laporan NYT ini.


Laporan NYT ini muncul setelah pada Rabu (24/1) waktu setempat, Trump untuk pertama kalinya menyatakan siap diinterogasi oleh FBI. Sebelumnya Trump menyebut penyelidikan yang dipimpin Mueller merupakan 'witch hunt' karena menargetkan dirinya.

"Saya ingin melakukannya," kata Trump kepada para wartawan di Gedung Putih ketika ditanyai mengenai kemungkinan dirinya bersaksi. "Saya ingin melakukannya secepat mungkin ... tergantung pada pengacara saya dan semua itu," imbuhnya. "Saya akan melakukannya di bawah sumpah, tentu saja," tandas Trump.

Mueller ditunjuk untuk memimpin penyelidikan dugaan kolusi dan intervensi Rusia, usai Direktur FBI James Comey dipecat Trump pada pertengahan tahun 2017. Saat itu Comey tengah memimpin penyelidikan dugaan kolusi dan intervensi Rusia yang dilakukan FBI. Pemecatan Comey menjadi fokus utama dari dugaan yang menyebut Trump telah melakukan praktik menghalang-halangi penyelidikan FBI.

Robert Mueller (yang berambut putih)Robert Mueller (yang berambut putih) Foto: REUTERS/Joshua Roberts/File Photo
(nvc/rna)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads