UNRWA membantu para pengungsi Palestina dan keturunan mereka di seluruh Timr Tengah dengan menyediakan berbagai kebutuhan, termasuk layanan medis dan sekolah-sekolah. Sekitar 5 juta warga Palestina menikmati layanan badan PBB tersebut.
Pada Selasa (16/1) waktu setempat, pemerintah AS membekukan dana sumbangan US$ 65 juta (sekitar Rp 865 miliar) untuk UNRWA. Ini dilakukan dua pekan setelah Trump melontarkan ancaman pembekuan dana sumbangan untuk UNRWA. Selama ini AS merupakan kontributor terbesar bagi United Nations Relief and Works Agency for Palestine refugees (UNRWA).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"AS telah mengumumkan akan menyumbangkan US$ 60 juta untuk budget program ... Ini secara dramatis mengurangi kontribusi, yang berakibat pada krisis pendanaan paling parah dalam sejarah badan ini," tutur juru bicara UNRWA, Chris Gunness seperti dikutip kantor berita AFP, Kamis (18/1/2018).
Pejabat-pejabat Palestina pun melontarkan kemarahan atas langkah AS tersebut. Hanan Ashrawi, anggota senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mengatakan, pembekuan dana itu merupakan kekejaman terhadap penduduk rentan.
Kecaman juga disampaikan perwakilan Palestina untuk Washington, Husam Zomlot. "Para pengungsi Palestina dan akses anak-anak ke layanan kemanusiaan dasar, seperti makanan, layanan kesehatan dan pendidikan, bukanlah alat tawar-menawar, melainkan kewajiban AS dan internasional," tegas Zomlot.
Kepala UNRWA Pierre Krahenbuhl menyampaikan keprihatinan dan menyerukan negara-negara anggota PBB lainnya untuk menyumbang. Krahenbuhl mengatakan, dana US$ 60 juta cukup untuk tetap mengelola sekolah-sekolah dan rumah sakit. Namun ditekankannya, angka itu turun drastis dari US$ 350 juta yang dibayarkan Washington sepanjang tahun 2017. (ita/ita)











































