Dilansir AFP, Senin (15/1/2017), Syekh Abdullah bin Ali Al Thani adalah anggota kerajaan yang sebenarnya kurang begitu dikenal. Belakangan dia muncul sebagai sosok kunci dalam perselisihan di negara-negara Teluk dalam beberapa pekan setelah Riyadh (Arab Saudi) dan Abu Dhabi (UAE) memutus hubungan diplomatik dengan Doha pada Juni tahun lalu.
Sheikh Abdullah yang satu ini dipandang beberapa pihak sebagai saingan potensial terhadap kepemimpinan Qatar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Takut sesuatu terjadi kepada saya dan Qatar akan disalahkan," kata dia dalam video.
"Sekarang saya di Abu Dhabi, saya sekarang adalah tamu daru (putra mahkota UEA) Sheikh Mohammed (bin Zayed Al Nahyan)," kata Syekh Abdullah.
"Sekarang tidak demikian. Sekarang saya ditahan," lanjut Syekh Abdullah.
"Saya ingin menyatakan bahwa warga Qatar adalah orang-orang yang tak bersalah," kata dia lagi. "Syekh Mohammed bertanggung jawab penuh atas apapun yang terjadi pada saya."
Namun kini UEA membantah bahwa Syekh Abdullah ditahan. Kantor berita WAM mengabarkan Syekh Abdullah berada di UEA tanpa terkekang. "Syekh Abdullah punya pergerakan tanpa kekangan dan bebas untuk kemanapun selama dia berada di UEA," demikian WAM mengabarkan mengutip pejabat Kementerian Luar Negeri UEA.
"Kemudian Syekh Abdullah telah mengungkapkan keinginannya untuk meninggalkan UEA diikuti dengan semua langkah yang perlu untuk menghormati keinginannya tanpa syarat," imbuh Kementerian Luar Negeri UEA itu.
Kepala Kontra-Ekstremisme UAE Hedayda, ALi Rashed Al Nuaimi, mencuit lewat akun Tweeternya, bahwa Syekh Abdullah sebenarnya sudah diminta tinggal di UEA "demi keamanannya". Namun demikian UEA tak akan menghalangi niatan Syekh Abdullah bila memang Syekh Abdullah ingin segera beranjak. (dnu/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini