BIFF merupakan pecahan dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF) yang juga bermarkas di Filipina bagian selatan. Pada tahun 2014 lalu, BIFF menyatakan sumpah setia terhadap pemimpin ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) Abu Bakr al-Baghdadi.
Dituturkan pejabat militer Filipina kepada Channel News Asia, Rabu (10/1/2018), bentrokan yang dimulai sejak malam Natal pada 24 Desember 2017 ini, masih berlangsung hingga pekan ini. Dalam bentrokan itu, militer Filipina melancarkan sejumlah serangan udara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut seorang kepala suku setempat, para anggota suku Teduray di Maguindanao mengalami kesulitan untuk mendapat makanan dan air minum karena militan BIFF menanam banyak bom rakitan di sekitar desa yang ditinggali suku itu.
"Militer telah menewaskan sedikitnya 20 militan BIFF dalam bentrokan yang pecah sejak 24 Desember (2017). Bentrokan masih terus berlangsung," ucap Mayor Jenderal Arnel V dela Vega dari militer Filipina, kepada Channel News Asia. Dela Vega memberikan pernyataan dari Cotabato City, Filipina.
"Dua anggota Angkatan Bersenjata Filipina dan satu anggota Kepolisian Nasional Filipina juga tewas dalam bentrokan itu," imbuhnya. "Kami tidak akan menyerah dalam operasi melawan kelompok teroris. Kekhawatiran militer adalah keselamatan dan keamanan warga lokal," ucapnya.
Dituturkan Dela Vega, BIFF mulai melakukan pergerakan sekitar dua hari sebelum serangan dilancarkan di desa-desa yang ditinggali suku Teduray pada 24 Desember. "Mereka (BIFF-red) membakar sedikitnya 22 rumah warga suku setempat," ujarnya.
Dua korban tewas lainnya merupakan seorang petani dari suku Teduray bernama Diego Dagadas, yang terkena ledakan bom rakitan yang sengaja dipasang BIFF, dan seorang kepala suku Teduray yang tewas ditembak usai terang-terangan berbicara melawan BIFF.
(nvc/ita)