Seperti dilansir AFP, Rabu (10/1/2018), insiden ini terjadi saat prosesi keagamaan tahunan bernama Black Nazarene, yang merupakan salah satu festival Katolik terbesar dunia. Saat digelar pada Selasa (9/1) waktu setempat, prosesi ini diikuti 3,5 juta orang yang berjalan tanpa alas kaki.
Kepolisian setempat menyebut prosesi ini umumnya berjalan damai, meskipun kerumunan orang berebut untuk menyentuh replika patung Yesus sedang memanggul salib, yang juga diarak dalam prosesi ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Black Nazarene merupakan patung Yesus Kristus seukuran manusia, yang sedang berlutut memanggul salib. Patung yang asli ditempatkan di sebuah gereja di distrik Quiapo, Manila, Filipina. Dalam prosesi ini, hanya replikanya yang diarak. Patung yang asli dipahat oleh seorang pemahat asal Meksiko pada abad ke-16.
Ikon 'Black Nazarene' sangat tersohor di Filipina dan kebanyakan umat Katolik Filipina menganggapnya bisa memberikan mukjizat, salah satunya mitos bahwa penyakit bisa disembuhkan hanya dengan menyentuh patung ini. Oleh karena itu, kebanyakan orang nekat mendekat dan memanjat demi mencium atau menyentuh Black Nazarene. Insiden serupa yang terjadi tahun 2016 lalu menewaskan dua orang.
Palang Merah Filipina menyatakan, lebih dari 800 orang mengalami luka-luka usai berdesak-desakan dalam prosesi keagamaan ini. Satu korban luka di antaranya dilaporkan mengalami cedera leher dan tulang belakang usai terjatuh dari atas kerumunan.
Prosesi keagamaan ini dimulai pada Selasa (9/1) subuh hingga lewat tengah malam, atau berlangsung selama 22 jam. Jutaan orang yang hadir menyemut di ruas-ruas jalanan yang menjadi rute arak-arakan Black Nazarene.
Saat prosesi ini berlangsung, jaringan telepon genggam di sekitar Manila diredam demi mencegah potensi serangan teror.
(nvc/ita)