Seperti dilansir media AS, ABC News, Jumat (5/1/2018), setidaknya 88 ekor lumba-lumba ditemukan mati di kawasan Teluk Sepetiba, yang berjarak 72 kilometer dari Rio de Janeiro, dalam 18 hari terakhir. Jumlah itu mencapai 10 persen dari total populasi lumba-lumba yang hidup di kawasan tersebut.
Para pakar lingkungan di Brasil tengah menyelidiki penyebab matinya lumba-lumba ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak pernah mengalami hal semacam ini sebelumnya. Ini sebuah tragedi," sebut Flach. "Setiap hari kami menemukan empat atau lima ekor bangkai lumba-lumba," imbuhnya.
"Pada satu hari kami menemukan bangkai lumba-lumba jantan dan dewasa, dan keesokan harinya, lumba-lumba betina dan bayinya. Tapi kebanyakan dari lumba-lumba itu kurus dan mengalami luka cukup dalam pada kulitnya. Saya tidak pernah melihat yang seperti itu," ujar Flach.
Dijelaskan Flach, jika lumba-lumba itu sekarat karena keberadaan bakteri di lingkungan yang tak terkendali, maka satu-satunya solusi adalah membentuk tempat perlindungan laut (marine refuge) agar lumba-lumba itu bisa bertahan hidup.
"Teluk Rio (de Janeiro) terkena polusi luar biasa, dan sayangnya, ada yang namanya perburuan liar terhadap lumba-lumba. Lumba-lumba ini tergolong spesies rawan punah, tapi dengan adanya penyakit misterius saat ini, kami harap bisa semakin menekan otoritas setempat untuk membantu kami menyelamatkan lumba-lumba ini," harapnya.
Sejumlah organisasi nonpemerintah di Brasil, seperti Boto Cinza Institute dan SOS Botos, bergabung dalam upaya pemeriksaan penuh terhadap bangkai-bangkai lumba-lumba itu. Pemeriksaan dilakukan terhadap kulit, darah dan tulang. Hasil pemeriksaan baru bisa diketahui akhir bulan ini. (nvc/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini