Korsel yang merupakan sekutu AS telah mengajukan tanggal 9 Januari, pekan depan, sebagai waktu dialog tingkat tinggi dengan Korut untuk membahas sejumlah isu. Hal ini diusulkan Korsel setelah pemimpin Korut Kim Jong-Un menyatakan siap berdialog dengan negara tetangganya itu.
Dalam komentarnya, seperti dilansir AFP, Rabu (3/1/2018), Haley menyebut rencana dialog Korsel dan Korut itu sebagai 'band-aid' atau yang berarti solusi sementara belaka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menganggapnya (Korut-red) sebagai rezim yang sangat sembrono. Kami pikir kami tidak butuh solusi sementara dan kami pikir kami tidak perlu tersenyum dan berfoto. Kami pikir kami butuh mereka menghentikan senjata nuklir dan mereka perlu menghentikannya sekarang," tegasnya.
"Kami tidak akan pernah menerima (senjata) nuklir Korea Utara," imbuh Haley memperingatkan Korut.
Dalam pernyataan terpisah, Presiden AS Donald Trump juga mengomentari rencana dialog Korsel dan Korut, dengan menyebutnya sebagai bukti bahwa berbagai sanksi dan tekanan memiliki dampak besar bagi Korut.
"Pria roket sekarang ingin berdialog dengan Korea Selatan untuk pertama kalinya. Mungkin ini kabar baik, mungkin juga bukan -- kita akan lihat!" ucap Trump via akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump, merujuk pada sebutannya untuk Kim Jong-Un.
"Sanksi-sanksi dan tekanan-tekanan 'lain' mulai berdampak besar pada Korea Utara," imbuhnya, merujuk pada pembelotan tentara Korut.
Korut berambisi merakit rudal balistik antarbenua yang mampu menjangkau daratan utama AS dengan membawa hulu ledak nuklir. Ambisi ini memicu kekhawatiran akan pecahnya perang nuklir di Semenanjung Korea.
(nvc/rna)











































