"Setidaknya 23 warga sipil, di antara mereka delapan anak-anak dan enam wanita, tewas pada Rabu (13/12) sebelum subuh akibat serangan-serangan udara yang dilakukan koalisi pimpinan AS, yang menargetkan sebuah desa yang dikuasai IS (nama lain ISIS) di tepi timur Sungai Efrat," demikian disampaikan kelompok pemantau HAM Suriah, Syrian Observatory for Human Rights said seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (14/12/2017).
Menurut Observatory, para warga sipil tersebut tengah bersembunyi di dalam sebuah rumah dan mereka semua merupakan anggota keluarga besar yang sama. Observatory yang berbasis di Inggris tersebut, selama ini memantau konflik Suriah dengan mengumpulkan laporan para saksi mata di lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"ISIS kini lemah namun masih menjadi ancaman -- para teroris yang bersembunyi di lembah Sungai Efrat," ujar juru bicara Ryan Dillon lewat akun Twitter miliknya.
Kelompok ISIS telah kehilangan banyak wilayah di Suriah dan Irak yang dikuasainya pada tahun 2014 setelah melancarkan serangkaian serangan besar-besaran.
Koalisi AS sebelumnya mengaku telah menewaskan setidaknya 801 warga sipil secara tak sengaja dalam lebih dari 28 ribu serangan udara yang dilakukan di Irak dan Suriah sejak tahun 2014. Namun menurut kelompok pemantau Airwars, angka tersebut jauh lebih rendah daripada angka kematian warga sipil yang sebenarnya selama serangan-serangan udara koalisi AS. Airwars memperkirakan hampir 6 ribu warga sipil tak bersalah telah tewas dalam serangan-serangan koalisi AS. (ita/ita)











































