Pasangan muda Palestina itu seperti tak percaya begitu membuka pintu apartemennya. "Ketika membuka pintu, saya tidak dapat mempercayai mata saya - ini akan menjadi rumah saya," kata Salameh seperti dikutip detikcom dari www.theglobeandmail.com, Kamis (14/12/2017).
"Saya segera membacakan Alquran: Semoga Tuhan memberkati rumah ini dan membawa kita semua hal baik dan menjauhkan semua hal buruk," lanjut Salameh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() Maket dan perencanaan kota Rawabi di Palestina (Foto: Ilia Yefimovich/Getty Images) |
Di penghujung tahun 2014 itu memang untuk pertama kali Rawabi menjadi Kota Metropolitan yang pertama di Palestina. Kota seluas 6.475 Kilometer persegi itu dibangun oleh pengusaha Palestina, Bashar Masri (56 tahun) melalui anak perusahaan Massar International yaitu Bayti Real Estate Investment Company yang dia dirikan tahun 2008.
Terletak kurang lebih 25 kilometer dari Yerusalem, pembangunan kota Rawabi menelan dana sekitar US$ 1,4 miliar. Bashar Masri akan melengkapi Kota Rawabi dengan sejumlah fasilitas, seperti: bioskop, gedung teater, arena pameran, pusat perbelanjaan, sekolah, perkantoran, pusat konferensi, restoran, kafe dan rumah sakit.
Saat pertama kali menggagas Megaproyek Rawabi ini pada 2007, Masri yang lahir di Nablus, Palestina tahun 1961 itu nyaris tak bisa tidur nyenyak. Rambutnya pun kian banyak beruban.
Hari-hari di tahun itu bahkan, dia tak pernah memikirkan waktu untuk liburan. Bahkan telepon genggamnya tak pernah dimatikan. "Saya memiliki lebih banyak rambut abu-abu, saya tak berpikir kapan akan mengambil liburan. Ada banyak saat bahagia, tapi juga banyak saat yang membuat frustrasi. Perjalanannya tidak semudah ini," kenang Masri seperti dilansir dari Theguardian.
![]() |
Dia sadar bahwa wilayah Rawabi rawan dalam pendudukan Israel. Daerahnya pun terbilang tandus. Namun tekadnya sudah bulat. "Ketika saya merencanakan Rawabi, saya tahu betul bahwa kita berada di bawah pendudukan," kata Masri seperti ditulis Bloomberg.
Kalau pun dia berhasil membangun kota modern Rawabi, ada beberapa pekerjaan rumah yang tak ringan karena berhubungan dengan Israel. Rawabi masih mengandalkan pasokan air bersih dan listrik dari Israel. Ini karena sejak pendudukan Israel pada 1967, semua pasokan air dan listrik di wilayah Tepi Barat (West Bank) dikontrol oleh Isreal.
"Tapi jika kita tidak melakukannya, tidak ada orang lain yang akan melakukannya," kata Masri.
Masri kian semangat untuk membangun Rawabi, kota modern pertama di tanah kelahirannya ketika mengingat bahwa ini menjadi pesan kepada dunia bahwa rakyat Palestina bisa mandiri. "Ini adalah proyek mega, yang dirancang pertama untuk warga Palestina," kata Masri.
Pembangunan Rawabi, lanjut Masri, juga akan menggugah kesadaran pengusaha Palestina yang selama ini menanamkam modalnya di Dubai, Inggris, Amerika dan Israel untuk kembali ke negeri sendiri. Hal ini juga akan membawa kebanggaan nasional bagi warga Palestina yang selama ini hidup menderita di bawah pendudukan Israel.
"Rawabi mengirim pesan ke masyarakat Internasional bahwa kami bukan apa yang selama ini mereka percaya sebagai segerombolan teroris. Kami siap membangun negara kita. Inilah buktinya (Rawabi)," kata Masri.
Seperti dilaporkan oleh Bloomberg edisi 20 April 2017, puluhan bangunan berlantai 4 - 9 telah berdiri di Rawabi, yang dalam bahasa Arab berarti Bukit. Deretan gedung bertingkat itu seperti tak mau kalah dengan sekitar 120 permukiman Yahudi yang telah berdiri terlebih dulu di wilayah Tepi Barat.
Saat ini tak kurang ada 3.000 warga Palestina yang pindah ke Rawabi sejak akhir 2015 lalu mengikuti Salameh. Diperkirakan nantinya jumlah warga Palestina yang tinggal di Rawabi mencapai 40.000 orang. Pembangunan kota metropolitan pertama di Palestina ini ditargetkan rampung pada 2020 dan mampu menyerap 3.000 pekerja. (erd/jat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini