"Kami memperingatkan soal bahaya reaksi besar atas keputusan ini terhadap stabilitas kawasan (Timur Tengah) dan dunia," demikian pernyataan resmi pemerintah Irak seperti dilansir Reuters, Kamis (7/12/2017).
"Pemerintah AS harus mencabut kembali keputusan ini untuk menghentikan dampak luas berbahaya yang akan mengobarkan ekstremisme dan memicu kondisi yang menguntungkan terorisme," imbuh pernyataan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara terpisah, milisi Irak yang didukung Iran, Harakat Hezbollah al-Nujaba, menyebut 'keputusan bodoh' Trump ini akan menjadikan tentara AS di Irak sebagai target serangan.
"Keputusan bodoh Trump untuk menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota Zionis akan menjadi percikan besar karena memindahkan entitas ini dari badan negara Islamis, dan ini menjadi alasan sah untuk menargetkan pasukan Amerika," sebut pemimpin milisi Irak itu, Akram al-Kaabi.
Dalam pidatonya di Gedung Putih pada Rabu (6/12) waktu setempat, Trump juga menyadari keputusannya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan memicu banyak reaksi negatif. Dia mengimbau semua pihak menanggapi keputusannya ini dengan kepala dingin.
"Jadi hari ini, kami menyerukan agar ketenangan, sikap menahan diri, suara-suara toleransi bisa menang atas penebar kebencian," ucapnya.
Diketahui bahwa AS memimpin koalisi internasional melawan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Irak, dengan memberikan dukungan serangan udara dan darat. Lebih dari 5 ribu tentara AS dikerahkan ke Irak untuk operasi melawan ISIS itu. (nvc/ita)











































