Seperti dilansir AFP, Senin (4/12/2017), Paus Fransiskus awalnya menuai pujian dari publik Myanmar karena sama sekali tidak menyebut 'Rohingya' saat berpidato maupun selama kunjungannya ke Myanmar, pekan lalu. Namun saat berkunjung ke Bangladesh, Paus Fransiskus akhirnya melontarkan kata 'Rohingya'.
Ketika kembali ke Vatikan, Paus Fransiskus menyebut dirinya sempat membahas isu Rohingya secara privat saat berada di Myanmar. Paus Fransiskus juga menyebut dirinya sempat meneteskan air mata saat bertemu sekelompok pengungsi Rohingya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan itu langsung memicu kemarahan netizen di Myanmar. Warga Myanmar yang terisolasi selama lima dekade di bawah pemerintahan junta militer, kini memang mulai aktif menggunakan media sosial.
"Dia (Paus Fransiskuss-red) seperti seekor kadal yang warnanya berubah-ubah karena cuaca," demikian komentar seorang warga Myanmar bernama Aung Soe Lin via Facebook, yang menyindir pendirian Paus Fransiskus yang berbeda-beda terkait krisis Rohingya.
"Dia seharusnya menjadi seorang salesman atau makelar karena memakai kata-kata berbeda meskipun dia seorang pemimpin keagamaan," timpal pengguna Facebook lainnya bernama Soe Soe.
Gereja Katolik Myanmar memang telah menyarankan kepada Paus Fransiskus untuk tidak menyebut langsung kata 'Rohingya' karena kekhawatiran bisa memperburuk ketegangan dan membahayakan umat Nasrani di Myanmar. Dalam pidato publiknya di Myanmar, Paus Fransiskus mendorong persatuan, welas asih dan rasa hormat untuk seluruh kelompok etnis tanpa menyebut langsung 'Rohingya'.
Namun saat bertemu dengan pengungsi Rohingya yang didatangkan ke Dhaka, Bangladesh pada Jumat (1/12) waktu setempat, Paus Fransiskus berucap: "Kehadiran Tuhan hari ini juga disebut Rohingya."
"Paus adalah orang suci... tapi dia mengatakan satu hal di sini (Myanmar) dan mengatakan hal berbeda di negara lain. Dia seharusnya mengatakan hal yang sama jika dia menyukai kebenaran," ucap pengguna Facebook lainnya, Ye Linn Maung, dalam komentarnya.
Sedikit berbeda, Maung Thway Chun selaku Ketua 135 Patriots Party, yang merupakan partai nasionalis tidak resmi di Myanmar, memuji keputusan Paus Fransiskus untuk tidak menyebut 'Rohingya' di Myanmar. "Itu berarti dia (Paus Fransiskus-red) menghormati warga Myanmar. Dia bahkan tidak menggunakan kata itu berkali-kali di Bangladesh... Saya pikir dia hanya mengatakannya sekali, untuk menenangkan organisasi-organisasi HAM," sebutnya.
(nvc/ita)