Seperti dilansir Reuters, Jumat (3/11/2017), pernyataan itu disampaikan sebelum Paus Fransiskus berkhotbah dalam sebuah misa di Sicily-Rome American Cemetery di kota Nettuno, Italia bagian selatan pada Kamis (2/11) waktu setempat. Khotbah ini disampaikan saat umat Katolik memperingati para tentara yang gugur dalam perang.
Area pemakaman di Nettuno itu merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi 7.860 tentara Amerika yang gugur dalam pertempuran untuk membebaskan Italia Selatan dan Roma tahun 1943 dan 1944 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebelum misa digelar, Paus Fransiskus berjalan sendirian dan perlahan di antara deretan batu nisan berwarna putih dan berbentuk salib di area pemakaman itu. Dia meletakkan mawar putih satu per satu di atas pusara puluhan tentara dan berdoa dalam hening.
"Tolong Tuhan, hentikan. Tidak ada lagi perang. Tidak ada lagi pembantaian tak berguna," ucap Paus Fransiskus dengan suara lirih dalam doanya.
Saat berkhotbah, Paus Fransiskus mengatakan, mengenang banyak kaum muda yang gugur dalam Perang Dunia II jauh lebih penting 'saat ini ketika dunia sekali lagi berada dalam perang dan bahkan bersiap untuk terpaksa terjerumus ke dalam perang'.
Paus tidak menjelaskan maksud pernyataannya. Namun diperkirakan kata-kata itu merujuk pada potensi pecahnya perang nuklir di Semenanjung Korea. Ketegangan antara AS dan Korea Utara (Korut) semakin memuncak dalam beberapa bulan terakhir.
![]() |
Paus Fransiskus pernah memperingatkan bahwa perang nuklir akan menghancurkan kemanusiaan. Pada April lalu, dia meminta negara ketiga untuk menengahi pertikaian antara AS dengan Korut dan mendinginkan situasi yang 'terlalu panas'.
Misa di pemakaman militer ini dihadiri oleh Duta Besar AS untuk Italia, Lewis Eisenberg dan pelaksana tugas Duta Besar AS untuk Vatikan, Louis Bono.
"Jika hari ini adalah hari untuk harapan, ini juga hari untuk air mata," ucap Paus Fransiskus, sembari menyatakan 'kemanusiaan tidak boleh melupakan' air mata para ibu dan istri yang kehilangan suami dan anaknya dalam perang di masa lalu.
"Kemanusiaan tidak belajar dari masa lalu dan tampaknya tidak ingin untuk mempelajarinya," imbuhnya, sembari meminta para jemaat mendoakan korban perang masa kini, terutama anak-anak.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini