Perilisan dokumen pembunuhan JFK diperintahkan Kongres AS sejak tahun 1992, yang memutuskan seluruh dokumen harus dibuka ke publik. Saat itu, Kongres AS menetapkan batas waktu pada 26 Oktober 2017. Batas waktu itu berakhir pekan ini, di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Seperti dilansir AFP, Jumat (27/10/2017), Arsip Nasional AS menyatakan bahwa atas perintah Trump, pihaknya telah merilis 2.891 dokumen terkait pembunuhan Presiden AS John F Kennedy (JFK) di Dallas, Texas pada 22 November 1963 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dokumen-dokumen ini dirilis dalam jumlah yang banyak dengan ruang lingkup luas, mulai dari memo Direktur FBI hingga wawancara dengan warga Dallas yang memberikan petunjuk terkait kasus pembunuhan yang paling tak terlupakan dalam sejarah AS itu. Namun dokumen-dokumen ini dinilai kemungkinan besar tidak akan mengungkap dugaan konspirasi di balik pembunuhan JFK.
Dalam sebuah memorandum, Trump sepakat untuk menahan perilisan sejumlah dokumen agar bisa dilakukan pengkajian lebih mendalam. Menurut pejabat pemerintahan AS yang enggan disebut namanya, permintaan untuk menahan sejumlah dokumen itu datang dari CIA dan FBI.
"Badan dan departemen eksekutif meminta kepada saya bahwa informasi tertentu harus tetap disensor karena kekhawatiran membahayakan keamanan nasional, penegakan hukum dan urusan luar negeri. Saya tidak punya pilihan -- hari ini -- selain menerima penyensoran itu daripada memicu bahaya tak terhindarkan bagi keamanan negara kita," ucap Trump.
Trump memberikan waktu 6 bulan -- hingga 26 April 2018 -- kepada CIA dan FBI untuk memberikan penjelasan masuk akal soal dokumen-dokumen yang masih ditahan, yang dianggap tidak seharusnya dirilis ke publik. "Pada akhir periode itu, saya akan memerintahkan perilisan kepada publik semua informasi yang tidak bisa dibuktikan memenuhi standar untuk ditunda perilisannya oleh lembaga-lembaga tersebut," tegasnya.
Sebanyak 2.981 dokumen yang diizinkan untuk dirilis ini bisa dibaca di situs resmi Arsip Nasional AS, secara utuh dan tanpa sensor. "Presiden ingin memastikan adanya transparansi penuh di sini," ujar seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya.
Ditambahkan pejabat AS itu bahwa 'ada beberapa informasi sensitif di dalam dokumen-dokumen itu'. Informasi sensitif yang dimaksud, antara lain, identitas informan dan 'aktivitas yang dilakukan dengan dukungan mitra, baik intelijen maupun penegak hukum asing'.
![]() |
Komisi Warren yang menyelidiki penembakan JFK yang saat itu berusia 46 tahun, menyatakan bahwa pembunuhan dilakukan seorang diri oleh mantan penembak dari Marinir AS, Lee Harvey Oswald. Oswald sendiri ditembak mati oleh seorang pemilik klub malam bernama Jack Ruby sekitar dua hari usai membunuh JFK, saat dia dipindahkan dari penjara setempat.
Para pakar menyoroti dokumen soal perjalanan Oswald ke Mexico City sekitar 7 minggu sebelum pembunuhan. Di sana, Oswald diketahui bertemu dengan mata-mata Kuba dan Uni Soviet. Namun CIA maupun FBI tidak memberitahu Secret Service soal pertemuan itu. Diketahui juga bahwa Oswald membelot ke Soviet tahun 1959 dan kembali ke AS tahun 1962, setahun sebelum JFK dibunuh.
Profesor politik di Universitas Virginia dan penulis buku 'The Kennedy Half Century' menyebut CIA dan FBI mungkin menghalangi dirilisnya sejumlah dokumen untuk menyembunyikan kelalaian mereka. "Ketika Anda melihat situasinya, CIA dan FBI melakukan kesalahan. Mereka memiliki semua indikasi yang menunjukkan Oswald mencurigakan dan sosiopat," ujarnya.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini