Mattis mengatakan, Washington "tidak terburu-buru untuk perang" dan sedang mencari resolusi diplomatik.
"Apakah kita punya opsi militer untuk pertahanan jika kita diserang, sekutu-sekutu kita diserang? Tentu saja kita punya," kata Mattis seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (26/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mattis tiba di Thailand menyusul pertemuan dengan para Menlu ASEAN di Filipina. Usai pembicaraan Mattis dengan Menlu Korea Selatan (Korsel) dan Jepang di sela-sela pertemuan di Manila tersebut, para Menlu setuju bahwa program senjata Pyongyang menimbulkan ancaman besar dan belum pernah terjadi sebelumnya. Ketiganya juga bertekad untuk meningkatkan tekanan diplomatik terhadap rezim Korut.
Mattis saat ini tengah melakukan tur Asia, termasuk kunjungannya ke Korsel pada Jumat (27/10) besok untuk melakukan pertemuan pertahanan tahunan. Kunjungan ini dilakukan menjelang kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Korsel pada bulan November mendatang.
Ketegangan terkait program nuklir Korut makin meningkat belakangan ini. Sebelumnya pada September lalu, Korut menggelar uji coba nuklir terkuat. Saat itu, Korut mengklaim uji coba itu menggunakan bom hidrogen, yang merupakan jenis bom nuklir paling kuat. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merespons aksi Korut dengan memberlakukan sanksi-sanksi baru.
Namun Korut tetap melontarkan ancaman terhadap negara-negara tetangganya, Korea Selatan (Korsel) dan Jepang, juga terhadap AS.
(ita/ita)