Pejabat senior Korut bernama Ri Yong-Pil ini menuturkan kepada CNN dalam wawancara eksklusif di Pyongyang, seperti dilansir pada Kamis (26/10/2017), ancaman yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-Ho bulan lalu, tidak seharusnya diabaikan.
"(Korea Utara) Selalu mewujudkan kata-katanya ke dalam tindakan," tegas Ri dengan nada marah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam forum Sidang Majelis Umum PBB di New York, bulan lalu, Menlu Korut Ri Yong-Ho mengungkapkan kemungkinan Korut menggelar uji coba nuklir yang melibatkan bom hidrogen yang sangat kuat di Samudera Pasifik. Ancaman itu disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan 'menghancurkan total' Korut.
"Menteri Luar Negeri (Ri Yong-Ho-red) sangat menyadari niat pemimpin tertinggi kami, jadi saya pikir Anda seharusnya menganggap kata-katanya dengan sungguh-sungguh," ucap Ri kepada CNN di Pyongyang.
Lebih lanjut, Ri menegaskan, saluran diplomatik antara AS dengan Korut jelas tidak ada. Hal ini ditegaskannya setelah Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menyatakan jalur diplomasi masih terbuka untuk Korut.
"AS berbicara soal opsi militer dan bahkan menggelar latihan militer. Mereka menekan kita dari semua sektor dengan sanksi. Jika Anda berpikir ini akan mengarah pada diplomasi, Anda jelas-jelas salah," ujar Ri menegaskan.
Korut menggelar uji coba nuklir terkuat pada awal September. Saat itu, Korut mengklaim uji coba itu menggunakan bom hidrogen, yang merupakan jenis bom nuklir paling kuat. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merespons aksi Korut dengan memberlakukan sanksi-sanksi baru.
Namun Korut tetap melontarkan ancaman terhadap negara-negara tetangganya, Korea Selatan (Korsel) dan Jepang, juga terhadap AS.
(nvc/ita)