Hal itu disampaikan Wakil Direktur Departemen Nonproliferasi dan Pengendalian Senjata Kementerian Luar Negeri Rusia, Vladimir Yermakov dalam pertemuan Komisi Pertama Majelis Umum PBB.
"Kami menyerukan semua negara lain yang masih memiliki senjata kimia untuk mengikuti jejak Rusia tanpa ditunda lagi," tutur Yermakov seperti dilansir media Press TV, Kamis (19/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang menjadi keprihatinan, pertama dan terutama, negara yang memprakarsai konvensi tersebut, yang selalu menjadi pendukung paling aktif dari ide-ide konvensi tersebut jika menyangkut negara-negara lain, dan kini, karena beberapa alasan, dia terus menjadi pemilik senjata kimia terbesar," katanya menyindir AS.
Rusia dan AS merupakan bagian Konvensi Senjata Kimia (CWC), yang semula mengharuskan mereka untuk memusnahkan stok senjata kimia mereka pada tahun 2007, dengan perpanjangan hingga tahun 2012, tenggat waktu yang gagal dicapai.
Rusia menandatangani CWC pada tahun 1993 dan meratifikasinya empat tahun kemudian. Moskow mengklaim bahwa saat itu pihaknya memiliki sekitar 40 ribu ton senjata kimia.
Setelah Rusia menghancurkan senjata kimia terakhirnya pada 27 September lalu, para pengawas dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) secara resmi mengkonfimasi bahwa negara tersebut telah sepenuhnya memusnahkan stok senjata kimianya. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini