Sebelumnya, ketiga negara tersebut telah memulai patroli laut gabungan empat bulan lalu di wilayah yang sama, Laut Sulu.
Saat ini kekhawatiran bahwa kelompok teroris ISIS mencoba mendirikan sebuah basis Asia Tenggara di wilayah Filipina selatan, meningkat setelah kelompok bersenjata mengibarkan bendera ISIS di kota Marawi pada Mei lalu. Serangan militer Filipina yang didukung Amerika Serikat pun dilancarkan untuk memerangi para militan di Marawi. Operasi militer tersebut telah berlangsung hampir lima bulan dan telah menewaskan ratusan orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seremoni untuk mengumumkan patroli udara tersebut telah digelar di pangkalan Angkatan Udara Subang di pinggiran Kuala Lumpur, Malaysia pada Kamis (12/10) kemarin. Seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (13/10/2017), seremoni tersebut dihadiri para menteri pertahanan dari ketiga negara.
Dalam pidatonya di seremoni tersebut, Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan, perdagangan senilai sekitar US$ 40 miliar melintasi Laut Sulu setiap tahunnya dan tak ada satu negara pun yang bisa mengawasi perairan tersebut seorang diri.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Malaysia mengatakan, patroli tersebut dimaksudkan untuk memerangi ancaman ISIS, pembajakan dan perampokan di laut. Ketiga negara akan bergantian memimpin patroli udara tersebut, dengan Malaysia akan memimpin pada November, kemudian diikuti dengan Filipina pada Desember dan Indonesia pada Januari 2018 mendatang.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini