Hamas dan Fatah yang berseteru selama satu dekade terakhir, akhirnya menyepakati rekonsiliasi pada Kamis (12/10) waktu setempat. Perundingan soal rekonsiliasi kedua faksi Palestina ini digelar dan dimediasi oleh Mesir, sejak Selasa (10/10) pekan ini.
Dalam pernyataan awal menanggapi rekonsiliasi itu, Israel memberikan pernyataan yang hati-hati. Israel meminta setiap kesepakatan rekonsiliasi Palestina harus mematuhi perjanjian internasional dan ketentuan yang ditetapkan Kuartet Timur Tengah. Kuartet Timur Tengah terdiri dari PBB, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Rusia. Salah satu ketentuan yang dimaksud adalah pengakuan terhadap Israel dan pelucutan senjata Hamas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dalam pernyataan terpisah yang dirilis melalui juru bicara PM Netanyahu, Ofir Gendelmen, sikap Israel mengeras. Pemerintahan PM Netanyahu menegaskan keengganannya bekerja sama dengan Hamas.
"Tidak ada hal lain yang lebih diinginkan Israel selain perdamaian dengan seluruh tetangganya. Rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas membuat perdamaian itu jauh lebih sulit diwujudkan," demikian pernyataan PM Netanyahu, seperti dilansir media Inggris, Independent dan media Israel, israelnationalnews.com.
"Rekonsiliasi dengan pembunuh massal merupakan bagian dari masalah, bukan bagian dari solusi. Menyatakan 'iya' terhadap perdamaian dan 'tidak' untuk bergandengan tangan dengan Hamas," imbuh pernyataan itu, merujuk pada Hamas yang selama ini menjadi musuh sengit Israel.
Rincian soal isi kesepakatan rekonsiliasi Hamas dan Fatah itu tidak dirilis ke publik. Namun kendali atas perbatasan Gaza menjadi isu nomor satu dalam perseteruan keduanya. Disebutkan anggota senior Fatah, Azzam al-Ahmad, dalam konferensi pers bahwa Otoritas Palestina akan mengambil alih kendali penuh atas seluruh perbatasan Gaza, baik yang berbatasan dengan Israel maupun Mesir, mulai 1 November mendatang.
Ditambahkan pernyataan dari Dinas Informasi Negara Mesir, sebulan kemudian atau pada bulan Desember mendatang, pemerintahan Palestina yang baru, yang bersatu akan bertanggung jawab penuh atas Gaza. Selama ini Gaza dikuasai sepihak oleh Hamas, sedangkan Fatah hanya menguasai Tepi Barat.
(nvc/ita)











































