Isu soal keberadaan manusia pengisap darah di Malawi kembali marak sejak pertengahan September. Massa yang terdiri atas warga setempat yang percaya takhayul, telah membunuh tujuh orang yang dicurigai berniat mendapatkan dan meminum darah manusia sebagai bagian dari ritual sihir.
Seperti dilansir AFP, Selasa (10/10/2017), rumor soal vampir berkeliaran ini memaksa otoritas Malawi memberlakukan jam malam. Pergerakan warga setempat dibatasi hanya 10 jam setiap hari, yakni antara pukul 07.00 hingga pukul 17.00 waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami telah memerintahkan dilakukannya penyelidikan intensif untuk memahami penyebab persoalan ini," tegas Presiden Mutharika dalam pernyataannya.
Kepolisian setempat menuturkan kepada AFP, sejauh ini tujuh orang tewas akibat dihakimi massa. Korban terbaru tewas setelah diserang massa yang marah di Thyolo, pada Senin (9/10) waktu setempat. Korban merupakan seorang pria dengan keterbelakangan mental yang sedang berkeliaran pada malam hari di salah satu desa setempat. Oleh massa, korban dibakar hidup-hidup. Juru bicara kepolisian setempat, Lloyd Maida, menyebut massa mencurigai korban pura-pura gila.
Enam korban lainnya tewas dalam tiga insiden terpisah di area sekitar Pegunungan Mulanje. Kepolisian setempat menegaskan bahwa tidak ada bukti konkret soal rumor vampir yang dipercayai warga.
Aksi main hakim sendiri semacam ini memaksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menarik stafnya dari dua distrik setempat dan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Malawi menarik tim relawan kemanusiaan serta melarang warganya mengunjungi lokasi tertentu.
Malawi yang terletak di Afrika Tenggara ini cukup rutin dilanda isu keberadaan vampir dari tahun ke tahun. Kepercayaan warga setempat pada ilmu sihir cukup besar dan standar pendidikan di negara ini sangat rendah. Kekhawatiran akan vampir pun mengakar di dalam budaya lokal Malawi.
(nvc/nkn)