Makam itu digali di kawasan El Peru-Waka, di sisi utara Guatemala. Penggalian itu sendiri sebenarnya sudah dilakukan oleh arkeolog Amerika dan Guatemala sejak 2003. Demikian seperti dilansir LiveScience, Rabu (20/9/2017).
Sejak tahun 2003, tim arkeologi sudah menemukan beberapa kuburan raja dan ratu. Nah, di penemuan terakhir, para periset menelusuri terowongan yang ada di bawah istana kerajaan Suku Maya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Profesor antropologi dari Washington University, David Freidel yang juga terlibat di penelitian ini meyakini bahwa lokasi tersebut adalah makam raja. Alasannya, ada topeng giok berwarna merah yang menggambarkan pemiliknya sebagai Dewa Jagung. Ada pula simbol di keningnya yang berarti 'kuning' dan 'berharga' dalam bahasa Maya kuno.
Makam raja suku Maya / Foto: Livescience |
Makam itu juga berisi keramik, kerang, hingga liontin berukir buaya. Dari hasil penelitian, makam itu ternyata sudah pernah dibuka pada tahun 600.
Tidak ada prasasti di makam itu yang bisa mengungkap nama dari raja Suku Maya ini. Namun, Freidel dan peneliti lainnya menduga makam itu adalah milik Raja Te' Chan Ahk, raja dari dinasti Wak yang memerintah pada awal abad keempat.
Makam ini digali di El Peru-Waka yang ada di sisi utara Guatemala. Lokasi ini baru ditemukan pada tahun 1960-an saat pekerja perminyakan tidak sengaja menemukan reruntuhan.
Situs ini ditempati Suku Maya pada periode Maya Klasik yaitu tahun 200-800. Keluarga kerajaan yang kaya pernah berkuasa di Waka dan mengendalikan rute perdagangan utama di sepanjang Sungai San Pedro. (imk/fjp)












































Makam raja suku Maya / Foto: Livescience