Seperti dilansir AFP, Senin (11/9/2017), ledakan ranjau ini dilaporkan terjadi saat sejumlah warga Rohingya berniat mengungsi ke Bangladesh, pada Sabtu (9/9) malam waktu setempat. Beberapa dari mereka berhasil selamat dan menceritakan seluruh peristiwa yang mereka alami pada penjaga perbatasan Bangladesh.
Dituturkan Komandan Penjaga Perbatasan Bangladesh, Letnan Kolonel Manzurul Hasan Khan, kepada AFP bahwa tentara penjaga perbatasan mendengar suara ledakan pada Sabtu (9/9) malam. Ledakan itu diduga berasal dari dalam wilayah Myanmar yang berjarak 100 meter dari perbatasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dituturkan Hasan Khan bahwa, penjaga perbatasan Bangladesh melihat warga Rohingya yang selamat dari ranjau masuk ke garis demarkasi dalam kondisi luka-luka di sekujur tubuh dan wajah.
Satu lagi warga Rohingya juga diketahui mengalami luka-luka akibat ledakan yang diduga dipicu oleh ranjau. Warga Rohingya ini terkena ledakan ranjau saat pulang ke desanya di Myanmar untuk mengambil ternak sapi miliknya dan membawanya mengungsi ke Bangladesh.
Pekan lalu, tiga warga Rohingya termasuk anak-anak mengalami luka-luka akibat ranjau saat akan mengungsi ke Bangladesh. Salah satu anak Rohingya itu kehilangan kaki akibat ledakan ranjau itu.
Otoritas Bangladesh telah melakukan penyelidikan, yang didukung bukti foto dan keterangan para informan, yang berujung kesimpulan bahwa ranjau-ranjau itu ditanam oleh militer Myanmar di dekat perbatasan. Tak terima dengan aksi ini, otoritas Bangladesh melayangkan protes terhadap Myanmar.
Duta Besar Myanmar untuk Bangladesh telah dipanggil oleh otoritas Bangladesh pada Rabu (6/9) pekan lalu, untuk menerima protes soal penanaman ranjau di dekat perbatasan Bangladesh. Belum ada respons dari otoritas Myanmar terkait hal ini.
(nvc/imk)