"Lebih banyak hujan dibutuhkan secara mendesak untuk menghindari penurunan signifikan dalam musim utama produksi biji gandum," demikian bunyi laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), seperti dilansir CNN, Jumat (21/7/2017).
"Jika kekeringan bertahan lama, situasi keamanan pangan ke depan kemungkinan akan memburuk," imbuh FAO.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Korut masih dalam pemulihan setelah tragedi kelaparan mematikan pada akhir tahun 1990-an. Program Pangan Dunia PBB memperkirakan 70 persen dari total 25 juta jiwa penduduk Korut, tidak bisa makan makanan dengan 'menu bervariasi' secukupnya.
Musim kemarau berkepanjangan yang kini melanda Korut, mengancam hasil panen beras dan jagung. Terlebih cuaca kering terus melanda pada musim pertumbuhan yang penting bagi produk bahan pokok, yakni antara April hingga Juni. Selama periode itu, jumlah curah hujan di beberapa wilayah yang menjadi lokasi lahan pertanian penting, hanya mencapai separuh dari curah hujan rata-rata.
"Curah hujan musiman di area produksi biji gandum berada di bawah level tahun 2001, saat produksi biji gandum merosot hingga ke level yang belum pernah dicapai sebelumnya, hanya dua juta ton," terang perwakilan FAO di China dan Korut, Vincent Martin, dalam pernyataannya.
Oleh karena itu, FAO menyerukan segera disalurkannya bantuan darurat untuk para petani dan populasi umum di Korut, termasuk menyalurkan perlengkapan irigasi dan bantuan pangan.
"Direkomendasikan untuk memperkenalkan langkah-langkah jangka panjang untuk meningkatkan ketahanan pangan dan rumah tangga terhadap bencana alam dan perubahan iklim," demikian bunyi laporan FAO, mengutip kerentanan Korut dalam menghadapi bencana alam.
Masih segar dalam ingatan warga Korut soal kekeringan dan kelaparan parah yang melanda dua dekade lalu. Sedikitnya 2 juta orang tewas antara tahun 1995 hingga 1999 saat bencana kekeringan dan kelaparan melanda Korut.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini