2 Pria AS dan 1 WN Inggris Tewas dalam Perang Melawan ISIS di Suriah

2 Pria AS dan 1 WN Inggris Tewas dalam Perang Melawan ISIS di Suriah

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 12 Jul 2017 16:49 WIB
Personel SDF mencopot bendera ISIS di dekat Raqqa (AFP Photo/DELIL SOULEIMAN)
Damaskus - Dua warga Amerika Serikat (AS) dan satu warga Inggris tewas saat bertempur melawan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Suriah. Tiga warga asing ini ikut bertempur dengan pasukan Kurdi Suriah dalam merebut kembali kota Raqqa, yang menjadi markas kuat ISIS di Suriah.

Seperti dilansir AFP, Rabu (12/7/2017), tiga warga asing itu secara sukarela ikut bertempur bersama Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dalam melawan ISIS. Mereka diyakini menjadi relawan asing pertama yang tewas dalam pertempuran melawan ISIS di Raqqa.

Dalam pernyataan di situs resminya, YPG menyatakan dua warga AS bernama Robert Grodt dan Nicholas Warden serta satu warga Inggris bernama Luke Rutter masuk dalam daftar enam orang yang tewas di garis depan pertempuran Raqqa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Tidak disebut lebih lanjut oleh YPG di mana tepatnya ketiga warga asing itu tewas. Via Twitter, YPG menyebut Rutter dan Warden tewas 'martir saat beraksi' pada 5 Juli dan Grodt tewas dalam pertempuran keesokan harinya, atau pada 6 Juli.

YPG merupakan komponen penting dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung militer AS. SDF merupakan aliansi antara petempur Kurdi dengan petempur Arab dalam melawan ISIS di Suriah.

Sebelumnya pada 5 November 2016, SDF memulai operasi bernama 'Wrath of the Euphrates' untuk merebut kembali Raqqa. Setelah berbulan-bulan bertempur melawan ISIS di wilayah sekelilingnya, SDF berhasil masuk untuk pertama kalinya ke dalam Raqqa pada Juni tahun ini.


Sejauh ini, SDF dilaporkan berhasil merebut kembali sekitar 30 persen wilayah Raqqa. Baru-baru ini, SDF berhasil merebut sebuah desa dekat Raqqa, bernama Al-Akeryshi, yang sebelumnya menjadi kamp pelatihan ISIS.

Dalam video yang diposting YPG ke Twitter, terlihat Rutter yang berseragam loreng ala militer sedang memegang senjata. Dalam video itu, Rutter menyatakan dirinya sudah mendapat pelatihan dan mempelajari bahasa Kurdi sejak tiba di Suriah pada Maret 2017.

"Saya berbohong kepada orang-orang yang saya sayangi, soal kepergian saya ke sini. Terlepas dari itu, saya tidak menyesali keputusan saya dan saya harap kalian semua menghormatinya," ucap Rutter dalam video itu.

(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads